Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

Terima (Ka)sih.

Gambar
Hai, selamat berjumpa lagi. Kuharap baik-baik saja. Kesehatanmu, juga hatimu. Apa kabar lukamu? Sepertinya sudah sembuh. Semoga kau sempat membaca tulisan ini ditengah segala kesibukannya yang gila itu. Baru-baru ini aku menerima pesan dari seorang sahabat, dua orang yang patah hati tak akan bisa bersama. Seperti kita bukan? (Sejak kapan jadi kita? Ngarep). Aku malam yang selalu rindu pagi, sedang kamu adalah pagi yang tak ingin malam datang. Mungkin itulah analogi yang paling tepat. Maaf, untuk ke sekian kalinya masih senang menjadikanmu topik tulisan. Entah mengapa semenjak aku terpaku pada sosokmu, kau adalah inspirasi dari tulisanku. Tentu saja kau tak tahu. Dan tak akan pernah tahu. Hari ini izinkan aku mengulasmu sebagai perpisahan tahun baru. Sebenarnya sudah sangat lama aku ingin menulis ini. Beberapa tahun terakhir, entah bagaimana sosok yang kuanggap biasa saja berubah jadi seorang Superman. Ah, bahkan mungkin dia lebih baik. Sosok yang luar biasa. Sosok yang membuat ku ber

Cinderella Wannabe

Gambar
Aku punya sebuah cerita. klise, tapi selalu disuka oleh para nona-nona yang berharap memiliki sosok panngeran dalam hidupnya. Cinderella. Si upik abu bernama Ella. Memiliki seorang iibu tiri dan dua saudara tiri perempuan. Jahat, begitulah sosok para tiri ini digambarkan. Ella si upik abu selalu diperlakukan tidak baik. Tak dianggap sebagai bagian dari keluarga itu. Kemudian pada suatu hari datanglah sebuah kabar, sang pangeran mengadakan pesta dan semua orang diundang. Namun, Ella tidak diizinkan mengikuti pesta tersebut. Ia pun sedih. sama seperti setiap dongeng tentang putri, selalu ada sihir, dan ibu peri sebagai penolongnya. Ella bisa pergi ke pesta dengan kereta kencana dari labu dan gaun udiknya berubah menjadi gaun indah yang berkilau, tak lupa sepasang sepatu kaca yang membuat dongeng ini melegenda. Kau tahu tak ada sihir yang abadi, sihir itupun akan berakhir saat lonceng jam berdenting 12 kali menunjuk jam 12 malam. Maka saat pangeran terpesona pada sosok Cinderella, be

Mengeja Ikhlas

Gambar
Ikhlas. Satu kata yang sangat bermakna. Teka-teki paling rumit dan labirin paling pelik. Mengapa? Karena ikhlas masih dipertanyakan, entah saat berkata "aku ikhlas" orang akan menimpali, kalau ikhlas ya tak mesti bilang. Namun, saat kita diam pun masih jadi pertanyaan, "ikhlas gak nih?". Tapi aku sepakat, bahwa ikhlas itu seperti surah Al Ikhlas, yang tak pernah menyebut kata ikhlas di dalamnya. Ikhlas. Satu kata yang mampu mengangkat luka dalam duka. Menyembuhkan parah dalam perih. Membalut derita menjadi bahagia. Mengubah lara menjadi lega. Ikhlas. Seringkali terlupakan, bahkan tak dimunculkan. Kita lebih suka meraba-raba dengan segala prasangka. Menebak-nebak jalan cerita dengan curiga. Menerka-nerka panah takdir dengan cibir. Ikhlas. Aku sungguh masih mengeja setiap susunannya. Betapa dekatnya ikhlas dengan lepas. Betapa tak tahunya kita, bahwa ikhlas ada dalam helaan nafas. Coba bayangkan jika kita tak mau bernafas? Apakah kita masih bisa melihat terik ma

Cinta Ala Zulaikha

Gambar
Namanya Zulaikha. Salah satu perempuan yang namanya diabadikan dalam kitab yang tak akan pernah berubah hingga akhir zaman. Kisah cintanya yang menggemparkan juga mengagumkan. Sosok Zulaikha mengajarkan bagaimana keajaiban melepaskan. Menilik ceritanya yang pelik. Hatinya tertawan oleh ketampanan insan pilihan. Yusuf namanya. Laki-laki utusan Allah, yang memiliki perangai indah. Ketampanannya tersohor, kecerdasannya pun tak diragukan serta akhlaknya yang dipuja. Zulaikha terpesona begitu dalam, hingga perasaan itu membawanya pada kelam. Zulaikha mengatur siasat, merayu Yusuf dengan perhitungan yang dianggap tepat. Namun, Allah selalu memberikan jalan untuk hamba yang bertahan atas nama iman. Dalihnya memanggil Yusuf karena ada keperluan, tetapi tujuannya untuk mengikuti hasutan, hawa nafsunya yang tak bisa dikalahkan. Yusuf menolaknya, mengabaikannya, melarikan diri darinya. Yusuf berkata takut pada Rabbnya. Yusuf bisa menerobos pintu-pintu yang sebelumnya terkunci rapat. Tentu saj

Edisi Klarifikasi (2)

Gambar
Bayangkan, sebuah gunung es di lautan. Kau hanya melihat puncaknya saja, kecil dan tak berbahaya. Namun, di dalamnya, dasar gunung es itu kokoh, besar dan tak bisa roboh begitu saja. Janganlah kita menjadi kapal yang sibuk memperhatikan puncak, hingga lupa kapal telah menabrak bongkahan es di dalamnya. Perlahan tapi pasti kapal mulai tenggelam. Itulah yang terjadi pada kita yang melihat sesuatu sepotong-potong. Kita tersesat, dan terperosok dalam. Tulisan hanya sebuah peletakan sudut pandang. Aku, kamu, dia, mereka, kita, kami, dan kalian. Bisa bertukar posisi, bisa berganti peran dalam menyampaikan maksud tulisan. Hanya karena ada "aku" bukan berarti itu benar-benar aku. Bisa saja tentang kamu, dia, mereka, kalian. Ketik ada "kamu" jangan geer atau tersinggung, bisa jadi itu aku, kita, kami. Ketika tulisan seolah-olah untuk satu orang, padahal itu untuk banyak orang. Ketika tulisan terbaca untuk banyak orang, tapi ternyata hanya untuk satu orang. Ketika tulisan

Edisi Klarifikasi (1)

Gambar
Ini tulisan yang kesekian. Tapi mungkin edisi curhat yang terakhir. Curhat? Ah, sebenarnya tulisan selama ini tidak sepenuhnya curahan hati. Sedikit imajinasi, dicampur realiti, dibumbui oleh hati dan jadilah fiksi beraroma non fiksi, atau mungkin, kisah nyata yang kusulap jadi drama. Siapa yang tahu? Lebih tepatnya, siapa yang mau tahu. Tulisan, kadang kala hanya sekedar permainan kata-kata. Disusun sedemikian rupa untuk menarik minat pembaca. Kemudian seringkali pembaca hanya bisa menangkap luka, padahal maksud yang diungkap adalah bahagia. Ya, tidak semua orang bisa bermain kata-kata, menebak maksud tersirat dari setiap aksara, mengeja rasa yang ada di dalamnya. Hingga yang dimengerti pembaca dengan apa yang dipahami si penulis kadang kontradiksi. Dan semua itu perlu klarifikasi. Aku menulis edisi klarifikasi bukan berarti ingin mematahkan semua opini orang-orang yang pernah membaca tulisan ku. Entah itu tulisan di blog, status di sosial media, atau yang pernah membaca naskah ce

Sang (Ada)m

Gambar
Ketika senyum terlukis di wajahmu, siapa yang tahu luka berdarahmu? Sebagaimana hadir adalah takdir, kepergian pun rupa perjanjian. Namun, aku masih mencari mata sang adam yang mampu menerjemahkan rasa tanpa perlu berkata. Lalu pada matanya akan aku titipkan mimpiku. Hingga sewaktu lelah menyerang, melalui matanya aku temukan jalan pulang. Pulang pada diriku, pada mimpiku juga padanya yang kurindu, tanpa perlu takut digilas waktu. Aku membutuhkan matanya untuk menitipkan impianku. Hingga lelah menyerang, hanya dengan menatap matanya aku mampu tersenyum lega, semua baik-baik saja. Aku membutuhkan tangannya untuk menggenggam harapanku. Hingga menyerah datang, dengan genggaman hangatnya aku bisa bangkit lagi, sesakit apapun caraku jatuh, semua bisa kulalui sungguh. Aku butuh kakinya untuk mengantarkan impian dan harapan menuju kenyataan. Hingga patah arang, dia tetap menemaniku dan menguatkan langkahku. Dalam perjalanan melelahkan dia berbisik padaku "sedikit lagi, kamu pasti b

Tik Tok Tik Tik

Gambar
Tik tok. Tik tok. Waktu brdetak, menggilas detik yang berlari gesit. Tik tik tik. Gemericik air membelai tanah yang gersang, berulangulang. Aku sibuk melihat ke luar rumah, menatap setiap rintiknya yang jatuh, sesekali kuperhatikan jam dinding yang lusuh. Apa persamaan waktu dan hujan? Tanyaku pada bayangan. Dia menjawab "menunggu". Entah yang mana yang lebih menyakitkan, mempercayai bayanganku atau mengabaikannya. Aku tersenyum kecut. Menunggu ya? Ia berbisik lirih. "Bukankah kau menghabiskan waktumu untuk menunggu? Hujan pun kau nikmati dengan menunggu?" Aku tersenyum. Tes tes. Rintiknya jatuh dipipiku. Aku tersenyum sambil menangis, atau mungkin menangis sambil tersenyum. Benar. Dia benar. Sangat benar. Menunggu adalah persamaan keduanya. Tik tok. Tik tok. Waktu mulai menajamkan dentingnya. Tik tik. Tik tik. Hujan baru saja pergi dengan dinginnya. Aku menatap langit yang masih kelabu, seperti hatiku yang abu-abu. Aku bertanya lagi, apa persamaan waktu da

Penantian Paling Mendebarkan

Gambar
Assalamualaikum Wr Wb Apa kabar sahabat readers sekalian? Semoga kita semua dalam perlindungan Dia Sang Maha Pelindung. Hari ini tulisan saya akan berbicara tentang penantian. Kenapa? Karena saya sedang dalam penantian. Tapi jangan dibahas, nanti tulisan ini berbau curhat lagi. Setiap orang tentu pernah menjalani penantian, entah lama ataupun sebentar saja. Tapi, yang pasti selalu saja penantian membuat perasaan kita menjadi tak tahu rasa, ya saking banyak hal yang kita rasa membuat kita bingung apa yang sebenarnya kita rasa. Dan, kabarnya semakin kita menginginkan sesuatu atau seseorang selama apapun penantian itu, kita tetap mau menurutinya. Ya, memang penantian berkaitan erat dengan apa yang kita nanti. Jika sesuatu itu sangatlah berharga, kita akan melakukan apa saja kan? Hai, ayolah penantian bukan berpangku tangan saja. Selama kita menantikan sesuatu kitapun juga harus melakukan sesuatu, agar sesuatu itu bisa didapatkan, sehingga waktu yang terbuang dalam penantian tak sia-si

Cerita Ephemera, Jatuh Cinta Pada Bacaan Pertama

Ephemera. Sebuah judul buku yang agak aneh, asing dan membuat saya menerka-nerka maknanya. Tapi, dari semua itu entah kenapa membuat saya tertarik dan penasaran, hingga mencari tahu dan semakin hari menjadi candu atas tulisan Ahimsa Azaleav. Awalnya, saya tidak tahu ada seorang penulis yang bernama Ahimsa Azaleav, pertama kali tahu sosoknya dari facebook. Waktu itu di beranda facebook, ada konten saran kiriman yang bisa disukai. Well, saat itu saya membaca salah satu tulisan Mbak Ahimsa yang berjudul PERTEMUAN dan saya pun langsung jatuh cinta. Jatuh sejatuh-jatuhnya. Kenapa? Karena setiap tulisannya, entah mengapa seperti mencerminkan perasaan saya. Perasaan-perasaan yang sulit diutarakan. Setelah itu saya pun menyukai halaman Mbak Ahimsa dan mengikuti tulisan-tulisannya, seringkali membagikan kirimannya yang sesuai dengan perasaan saya dan tulisan yang sangat menyentuh saya. Ephemera pun saya mengenalnya dari halaman tersebut. Setiap hari di halaman tersebut ada kiriman penggalan-

Good boy, good bye!

Gambar
Nus, ini tulisan ke sekian. Rasanya memang harus pamit. Toh dia juga sudah pamit. Ya, dia pergi jauh. Tapi aku harus lebih tangguh. Nus, meski patah dan kalah, aku takkan menyerah. Melanjutkan mimpi tanpa imaji tentang hatinya yang menepi untuk kurindui. Tubuh saling bersandar Ke arah mata angin berbeda Kau menunggu datangnya malam Saat kumenanti fajar Nus, seperti cerita yang sebelumnya. Cara kami melihat dunia sangatlah berbeda. Aku yang memakai prinsip "pasrah" sedang dia "tak mau kalah". Aku menerima segala takdir yang terjadi meski berdarah dan berduri. Sedang dia berambisi, mewujudkan apapun mimpi yang ia jadikan kunci hidupnya yang penuh misteri. Aku yang cukup bangga dengan apa yang aku punya, sedangkan dia bahagia dengan meraih apa yang telah lama ingin ia raih. Aku yang selalu berkata "cukup", dia yang berkata "coba lagi". Pernah sejalan, tapi tak searah apalagi setujuan. Sudah coba berbagai cara Agar kita tetap bersama Yang

(Me)ndung di Langit Kelabu (baca:kalbu)

Gambar
Bukankah kesibukan bisa membuat kerinduan terbunuh? Lalu mengapa bahkan dalam setiap kesibukan, perpisahan itu semakin nyata dan menjadi-jadi. Bayang perpisahan itu selalu mengikuti. Seperti bayangan diri yang begitu nyata dalam hari. Saat becermin pun ada bayangan perpisahan itu. Hari ini aku melukai kakiku sendiri, tak sengaja memang, piring kaca itu jatuh tersenggol lalu pecah mengenai kakiku. Sakit? Ah, tak ada rasanya. Aku tahu kakiku terluka karena darahnya tercecer. Aku hanya menatap kakiku sendu. Mungkin ini yang namanya merasa sendirian dalam keramaian, dan merasa kesepian dalam kesendirian. Aku tak merasakan sakit dari goresan serpihan piring kaca,  karena luka di dada lebih dalam dan lebih parah. Hari ini waktu berlalu begitu lambat. Seperti satu detik menjadi puluhan detik lamanya. Menghitung setiap menit yang berubah menjadi jam. Entah bagaimana, rasanya ada air garam tersiram pada lukaku yang hampir sembuh. Baru saja aku berusaha tegar akan sebuah pelepasan, datang pe

Kotak Pandora Masa Putih Abu

Gambar
Ketika bosan menyerang, otak atik laptop. Bongkar berkas lama tentang tulisan dulu. Bertemulah saya dengan sebuah tulisan yang ketika saya baca lagi saya menangis sesenggukan. Menangis bukan karena sedih, tapi saya lega dan bahagia, masa-masa menyedihkan itu sudah saya lewati. Meski mungkin dengan berdarah, menangis saat malam menyambut besok pagi akan berangkat ke sekolah, bertemu dengan orang-orang yang mencari saat butuh, menjatuhkan saat ada kesempatan, menertawakan dengan meremehkan dan merendahkan. Hanya segelintir orang, yang bisa dihitung dengan jari menyelamatkan saya dari tekanan mental atas tak ada teman tulus. Dimanfaatkan, diintimidasi, dicemooh, dan segala hal buruk yang katanya ada pada saya dibeberkan. Masa yang menyedihkan, selalu dituduh membicarakan mereka padahal saya tidak melakukannya. Masa yang merubah saya menjadi seorang yang lebih tertutup, lebih selektif dalam memilih teman. Masa yang mengantarkan saya pada satu prinsip hidup "Tidak perlu banyak teman

Nus, Sampaikan Pamitku Ya!

Gambar
Katanya ada hal yang lebih menyakitkan dari cinta sepihak yang tak tersampaikan, yaitu perpisahan tanpa ada kata selamat tinggal. Lalu bagaimana bisa kita tahu telah terjadi perpisahan? Ah, hati manusia memang ajaib, hati dirancang Allah dengan mekanisme yang tak bisa dijelaskan hanya melalui teori. Ketika kita mendengar sesuatu entah menyakitkan atau membahagiakan, maka yang merasakan adalah hati.Ketika  kita melihat sesuatu entah itu indah maupun buruk hatilah yang menilai. Dan hati begitu peka terhadap sekitar. Mungkin itu sebabnya ketika orang lain yang tidak peka, mereka dikatai sebagai seorang yang tak memiliki hati, tak punya perasaan. Meski sebenarnya yang tahu dan paham tentang hatinya adalah orang itu sendiri, terlepas peka atau tidaknya. Bukankah kepedulian tak melulu soal menunjukkan? Ah baiklah, kita lewati pembahasan yang ini. Perpisahan selalu saja menyakitkan, sebahagia apapun perayaaannya. Setegar apapun kita melepaskan, perpisahan akan selalu menyisakan kerinduan d

Pengakuan untuk Unknown

Gambar
Para Penerima Kado (gagal) Assalamualaikum, para pembaca setia. Yang secara tidak langsung menjadi penampung sepotong cerita hidup saya, khususnya masalah perasaan. Sesiang ini bahas masalah perasaan? Laper atau galau kali ya? Jawabannya, bisa jadi. Tapi yang lebih menggalaukan adalah, saya tidak tahu apa yang membuat saya galau. Absurd ya?! Ya sangat absurd dan ambigu. Berawal dari menonton sebuah drama korea dan ada satu kalimat magis yang menyayat hati "satu-satunya cara untuk mengakhiri cinta bertepuk sebelah tangan adalah menyatakannya" Lalu apalah daya saya hanya seorang perempuan yang bahkan untuk berkata lembut saja susah sekali, apalagi mengungkapkan perasaan. Dulu pernah memberanikan diri, istimewa untuk cinta pertama (pembodohan) setelah 5 tahun berjuang dengan berani mengatakan "saya masih sayang sama kamu" dan ya seperti dugaan saya, dia berkata selama mengenal saya tidak pernah sekalipun dia menganggap saya lebih dari teman. Dan ya, sejak saat itu

Tanyaku (?)

Lombok, 20:54 Lombok, apa kabarmu? Lebih seminggu aku merebah peluh di tanahmu. Namun, aku masih merasa asing di tempatku. Hanya rumahku, tempatku merasa hidup sebagai aku, selain itu aneh mencengkeramku. Lombok, ada apa denganku? Aku, hidupku, atau hatiku yang telah dirubah waktu? Aku takut akan diriku, aku takut kehilangan diriku dan menemukan aku yang dulu. Aku tak mau, sungguh tak mau. Aku ingin menjadi aku denganku yang saat ini bergerak mengikuti alur waktu, bukan sosok yang dulu sangat menakutkanku. Lombok, kau tahu? Terkadang aku rindu, dengan yang dulu. Entah, kisah hidupku juga perasaanku. Tapi aku sadar ditampar waktu, aku yang dulu musnah ditelan rindu yang tega membunuhku, dan aku yang saat ini ada karena rindu yang lebih menggebu bukan pada masa lalu tapi pada kisah baru serta petualangan baru. Lombok, untuk dua purnama yang akan berlalu, tolong bantu aku hadirkan cerita baru. Enyahkan segala rasa lama, untuk yang akan ada selamanya. Karena aku ingin kenangan yang

Siapakah Almair?

Perkenalkan sosok bernama Almair. Beberapa hari yang lalu, di twitter ikut kuis tebar puisi di mana syarat puisi yang ditulis ada nama sosok yang menjadi topik inspirasi dari puisi tersebut. Ya intinya kita menulis puisi untuk mengungkapkan perasaan apapun kepada nama yang disebut dan yah sosok yang beruntung saya sebut dalam tiap puisi yang saya buat untuk kuis itu adalah Almair. Dan tema puisi saya adalah rindu. Saya rindu dengan sosok ini, meski sekalipun belum pernah bertemu. Almair, siapa sih dia? Memangnya dia sangat penting ya? Atau dia orang istimewa yang menjadi pujaan hati atau bagaimana? Lets introducing our guest star, please welcome, Almair, Dzaky Almair Jamil. Ya, itu nama lengkapnya. Sepenting apakah dia dalam hidup saya? Sangat penting! Kenapa? Karena dia mengajarkan saya satu hal, bahwa tak ada yang tak mungkin selama kita percaya keajaiban itu ada. Ketika kita setia dengan apa yang kita rasakan, tidak perlu membuat perasaan itu tercecer ke mana-mana, cukup simpan

Suatu Sore di Adi Sucipto

Waiting Room JT 0274 Lion Air 17.40 Riuh, gaduh. Rentetan suara, ramai membuat bingar. Aku duduk di salah satu bangku, termenung atas aku yang hanya ada aku. Banyak orang, hilir mudik. Aku diam merenung, tak terusik. Aku melihat semuanya sibuk, sibuk dengan diri mereka sendiri. Sedang aku sibuk menulis sederet kata yang menyiratkan ngeri. Aku ngeri, sendiri, dan sepi. Di tempat seramai ini hanya diriku yang aku tahu, yang lain asing tak bergeming. Lombok, aku sedang berada di ruang tunggu, bukankah kau sedang menunggu? Menunggu aku pulang, merebah resah dan menyusul segala kenang yang tak terulang. Jogja, dengan berat hati kau kutinggal hanya untuk 60 tanggal.

Last Night (Malam Terakhir, bukan tadi malam)

Insom menyerang (lebih tepatnya, sengaja belum mau tidur) efek besok mau mudik. Maklum orang kampung, baru pertama kali merasakan yang namanya mudik. So, terbersitlah ide untuk menulis tentang Jogja. Tempat yang penuh warna, yang mengantarkan saya pada proses dewasa, bertemu dengan banyak wajah baru dan begitu banyak pengalaman yang berharga. Jogja istimewa, ya istimewa, sampai saya jatuh cinta dan tak ingin pisah darinya. 22.47 Malam Terakhir di Jogja Jogja, pada awalnya aku merana, merindukan rumah tempat bercengkrama. Menghitung tiap detik yang berlalu, untuk sebuah pemusnahan rindu. Aku melingkari tanggal, sampai hari apa aku tinggal. Hari berganti, waktu pun siap membawaku pergi. Jogja, kini aku ingin tinggal, jauh lebih lama tak hiraukan lingkar merah pada tanggal. Berharap kenangan yang melekat, bisa selalu kudekap tanpa sekat. Aku takut untuk pulang, aku mulai bimbang. Aku ingin tetap di sini, tapi rumah berkata "cepat, ke sini". Jogja, kau begitu istimewa. Ter