Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2017

Cerita Luka Pada Rindu, 2017-2018

Gambar
Assalamualaikum. Hallo, pembaca setia blogku. Apa kabar? Semoga baik-baik. InsyaAllah. Btw, sudah penghuni tahun saja ya. Tahun baruan kemana nih? Me? Sesuai pesan ibu negara, harus stay di kontrakan, tidak boleh ke mana-mana. Postingan kali ini mau bahas buku kedua saya berjudul Cerita Luka Pada Rindu. Ah, dari judulnya sudah tahu kan ini tentang apa. Yaps, ini cerita tentang luka-luka pada rindu-rindu yang tetap ada meski sudah terluka. Harapannya dengan menceritakan luka-luka itu, si rindu tidak menuntut macam-macam. Buku ini adalah kumpulan puisi, yes saya juga suka menulis puisi pemirsa, bukan hanya cerita pendek. Hehe. But, suka bukan berarti bisa melakukannya dengan luar biasa kan? Meski karya puisi saya banyak lolos event dan dibukukan dalam antalogi, bahkan pernah masuk 10 besar puisi terbaik di urutan 7 (lomba puisi tingkat Nasional, lomba via online) Tapi merasa masih belum bisa, masih belajar dan akan terus belajar. Buku ini terbit bulan Juli juga teman-teman. Sud

Merasakan Kesepian?

Gambar
Kesendirian tak selamanya mendatangkan kesepian. Namun, kesepian selalu mendatangkan kesendirian. Mungkin itulah kalimat yang sangat cocok untuk menggambarkan betapa mengerikannnya rasa kesepian itu.  Kita sering mendengar kalimat “merasa sepi dalam keramaian”, itu berarti bahwa kesepian tak melulu hanya soal ada atau tidak adanya yang menemani di sisi. Namun, kesepian datang karena ada kebutuhan yang tak terpenuhi. Ada kebutuhan biologis, kognitif, emosional yang mendorong seseorang untuk membangun hubungan, namun banyak orang merasa sulit mencapainya. Apa akibatnya? Kesepian. Apa Itu Kesepian? Reaksi emosional dan kognitif  yang tidak menyenangkan sebagai akibat dari hasrat akan hubungan akrab yang tak dapat dicapai. Atau hanya sedikit dan tak memuaskan (Archibald, Bartholomew & Marx, 1995; Baron, dkk, 2005). Kesepian sangat erat kaitannnya dengan aspek psikologis. Karena kesepian hadir dari tak baiknya hubungan sosial, di mana dalam melakukan hubungan sosial tentu saja terdapa

Sudah Bahagiakah?!

Gambar
"Sudahkah kamu merasakan bahagia dalam hidupmu?" "Mmm, sudah," "Kapan?" "Ketika saya bisa membahagiakan orang-orang yang saya sayangi." "Lalu apa definisi bahagia bagimu?" "Bahagia adalah ketika saya bisa membahagiakan orang lain." "Lalu bahagia untuk dirimu sendiri apa?" "Ya itu, saya bisa membahagiakan orang-orang," "Baik, apakah kau sudah bisa membahagiakan orang-orang?" "Belum semuanya," "Jadi kamu tidak bahagia kalau mereka semua tidak bahagia?" "Mungkin," "Kenapa?" "Karena buat saya melihat orang bahagia adalah kebahagiaan saya." "Jadi sekarang kamu merasa bahagia atau tidak?" "......" Percakapan di atas contoh kecil dari bagaimana kita sudah kehilangan definisi kebahagiaan untuk diri sendiri. Perhatikan berapa kali ia mengatakan bahwa kebahagiaannya terletak pada orang lain. Dia tak mampu menjelaskan sesed

Mempercayai atau Dipercaya?

Gambar
Kenapa kita sulit percaya, karena ada orang yang sulit menempati janji. Dalam filsafat satu yang selalu diingatkan "jangan lakukan sesuatu pada orang lain, yang mana sesuatu itu tidak kamu suka atau benci jika orang lain lakukan padamu.". Kamu mau diperlakukan baik  tapi tidak baik pada orang, kamu mau dihargai tapi tidak bisa menghargai orang, dan kamu mau dipercayai tapi tidak bisa menepati janji, orang bodoh mana yang terus-menerus mau diperlakukan seperti itu. Sekuat apapun dia, sebaik apapun, ketika rasa kecewa atas sebuah percaya menghampirinya maka akan seperti kembang api, menyala terang kemudian hilang. Ledakan kecewa itu seperti kembang  api yang meluncur ke atas, terlihat sebentar lalu dia lenyap. Orang yang kecewa akan cenderung menghindari apa yang membuat mereka kecewa, ia tak mau kecewa lagi, sesederhana itu. Saat kita mengecewakan seseorang anggap saja kali pertama, pada awalnya akan dimaklumi, tapi jika terus diulangi, bisa jadi dia lebih baik sendiri, be