Merasakan Kesepian?

Kesendirian tak selamanya mendatangkan kesepian. Namun, kesepian selalu mendatangkan kesendirian. Mungkin itulah kalimat yang sangat cocok untuk menggambarkan betapa mengerikannnya rasa kesepian itu.  Kita sering mendengar kalimat “merasa sepi dalam keramaian”, itu berarti bahwa kesepian tak melulu hanya soal ada atau tidak adanya yang menemani di sisi. Namun, kesepian datang karena ada kebutuhan yang tak terpenuhi. Ada kebutuhan biologis, kognitif, emosional yang mendorong seseorang untuk membangun hubungan, namun banyak orang merasa sulit mencapainya. Apa akibatnya? Kesepian. Apa Itu Kesepian? Reaksi emosional dan kognitif  yang tidak menyenangkan sebagai akibat dari hasrat akan hubungan akrab yang tak dapat dicapai. Atau hanya sedikit dan tak memuaskan (Archibald, Bartholomew & Marx, 1995; Baron, dkk, 2005).

Kesepian sangat erat kaitannnya dengan aspek psikologis. Karena kesepian hadir dari tak baiknya hubungan sosial, di mana dalam melakukan hubungan sosial tentu saja terdapat orang lain di dalamnya. Sebagai mahluk sosial yang tak bisa hidup sendirian dan selalu membutuhkan orang lain, kesepian sangat berdampak buruk bagi psikis. Saat kesepian melanda, maka yang kita rasakan yakni  kita merasa disingkirkan. Kita mulai membangun kepercayaan bahwa diri kita memiliki sedikit kesamaan dengan orang lain, merasa berbeda dan aneh. Lalu kesepian menjadi sumber stress, kita mengalami kecemasan, tak bahagia, adanya ketidakpuasan (pesimisme, self blame, rasa malu). Dampak terparah yakni depresi yang berakhir dengan bunuh diri.

Mengapa kesepian bisa membuat seseorang bunuh diri? Karena ketika seseorang merasakan kesepian, dan sampai pada tahap depresi maka dalam kondisi tersebut seseorang telah mengalami gangguan psikis. Depresi termasuk gangguan psikis yang berat, dan dapat membuat orang yang mengalami tersebut melakukan hal-hal di luar kendali. Kesepian berhubungan erat dengan rasa putus asa, sehingga orang yang mengalami kesepian merasa hidupnya hampa dan sia-sia. Perasaan putus asa dan hampa tersebut dapat mendorong seseorang untuk melakukan tindakan bunuh diri.

Dalam hidup ini, setiap orang tentu pernah mengalami kesepian. Hanya saja, sebagian orang mampu melewatinya tanpa berujung pada kematian, dan sebagian yang lain lebih memilih untuk mengakhiri hidupnya (bunuh diri). Seseorang yang dapat mengatasi rasa kesepiannya, berarti orang tersebut memiliki strategi coping yang baik. Coping merupakan suatu cara seseorang untuk mengatasi stress yang dihadapi. Selain itu, ada 2 intervensi untuk menagani  mereka yang kesepian, yatu cognitive therapy dan social skill training.

Cognitive therapy yaitu memotong pola persepsi, reaksi, dan emosi negatif dalam berinteraksi.  Menanamkan kognisi baru yang menyerupai kognisi individu yang berhasil dalam interaksi sosial. Ketika kognisi, persepsi, harapan berubah, maka perilaku yang adaptif dimungkinkan untuk muncul. Dengan memberikan terapi pada kognif di mana menyentuh cara berpikir dan logikanya, maka hal tersebut efektif  dalam memberikan pemahaman bahwa kesepian bukanlah suatu masalah yang harus membuatnya terpuruk, melainkan jadi pemacu agar ia membangun interaksi yang baik dengan sekitarnya.  Social skill training yaitu memberi beberapa petunjuk spesifik mengenai perilaku baru yang ingin dibentuk. Misalnya melalui vidio dan bermain peran (role play). Seperti menyetir mobil, bermain musik, atau menyanyi, orang juga dapat diajari keterampilan sosial dan bagaimana berinteraksi dengan orang lain. Sehingga dengan social skill tersebut seseorang bisa membangun hubungan sosial yang lebih baik dan memuaskan. Apabila hubungan sosial tersebut sudah memuaskan maka kesepian dapat teratasi. Kita bisa mengisi waktu luang kita bersama orang-orang terdekat kita, dengan melakukan kesibukan-kesibukan yang tentu saja dalam hal positif, maka kesepian tak akan memiliki ruang untuk menghabisi kita.

Namun, salah satu cara yang paling ampuh untuk mengatasi kesepian yaitu dengan menyentuh ranah spiritual, di mana cinta menjadi muaranya. Kita semua tahu bahwa cinta memiliki suatu keajaiban yang terkadang tak masuk logika. Memang benar cinta kadang bisa menjerumuskan kita pada rasa kesepian, akan tetapi hal tersebut terjadi jika cinta kita tak berhasil. Cinta yang sebenarnya selalu berakhir bahagia, dan satu-satunya cinta yang sejati dan hakiki adalah cinta kepada Tuhan. Hanya Dia yang tak akan pernah membuat kita kecewa. Dia lebih dekat dari yang kita kira. Bahkan saat kita berjalan kepada-Nya maka Dia akan berlari menyambut kita. Saat kita menumbuhkan rasa cinta yang sesungguhnya kepada Tuhan, maka kesepian akan terbunuh dengan sendirinya. Kita akan lebih bijak, bukankah banyak filsuf lahir dari rasa sepinya? Para pujangga lahir dari kehampaan? Dan para pahlawan hadir dari rasa putus asa? Mereka bisa bertahan karena mereka percaya ada Tuhan yang menjadi penolong dan pelindung yang tak bisa tertandingi. Cinta bisa menyembuhkan jiwa yang sakit. Cinta itulah yang bisa menolong kita dari kesepian.


Refrensi : Baron R, Byrne D. 2005. Psikologi Sosial Jilid 2. Edisi Kesepuluh. Jakarta: Erlangga.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jika Besok Aku Mati~

Mempercayai atau Dipercaya?

Cinta Ala Zulaikha