Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2016

(Me)ndung di Langit Kelabu (baca:kalbu)

Gambar
Bukankah kesibukan bisa membuat kerinduan terbunuh? Lalu mengapa bahkan dalam setiap kesibukan, perpisahan itu semakin nyata dan menjadi-jadi. Bayang perpisahan itu selalu mengikuti. Seperti bayangan diri yang begitu nyata dalam hari. Saat becermin pun ada bayangan perpisahan itu. Hari ini aku melukai kakiku sendiri, tak sengaja memang, piring kaca itu jatuh tersenggol lalu pecah mengenai kakiku. Sakit? Ah, tak ada rasanya. Aku tahu kakiku terluka karena darahnya tercecer. Aku hanya menatap kakiku sendu. Mungkin ini yang namanya merasa sendirian dalam keramaian, dan merasa kesepian dalam kesendirian. Aku tak merasakan sakit dari goresan serpihan piring kaca,  karena luka di dada lebih dalam dan lebih parah. Hari ini waktu berlalu begitu lambat. Seperti satu detik menjadi puluhan detik lamanya. Menghitung setiap menit yang berubah menjadi jam. Entah bagaimana, rasanya ada air garam tersiram pada lukaku yang hampir sembuh. Baru saja aku berusaha tegar akan sebuah pelepasan, datang pe

Kotak Pandora Masa Putih Abu

Gambar
Ketika bosan menyerang, otak atik laptop. Bongkar berkas lama tentang tulisan dulu. Bertemulah saya dengan sebuah tulisan yang ketika saya baca lagi saya menangis sesenggukan. Menangis bukan karena sedih, tapi saya lega dan bahagia, masa-masa menyedihkan itu sudah saya lewati. Meski mungkin dengan berdarah, menangis saat malam menyambut besok pagi akan berangkat ke sekolah, bertemu dengan orang-orang yang mencari saat butuh, menjatuhkan saat ada kesempatan, menertawakan dengan meremehkan dan merendahkan. Hanya segelintir orang, yang bisa dihitung dengan jari menyelamatkan saya dari tekanan mental atas tak ada teman tulus. Dimanfaatkan, diintimidasi, dicemooh, dan segala hal buruk yang katanya ada pada saya dibeberkan. Masa yang menyedihkan, selalu dituduh membicarakan mereka padahal saya tidak melakukannya. Masa yang merubah saya menjadi seorang yang lebih tertutup, lebih selektif dalam memilih teman. Masa yang mengantarkan saya pada satu prinsip hidup "Tidak perlu banyak teman

Nus, Sampaikan Pamitku Ya!

Gambar
Katanya ada hal yang lebih menyakitkan dari cinta sepihak yang tak tersampaikan, yaitu perpisahan tanpa ada kata selamat tinggal. Lalu bagaimana bisa kita tahu telah terjadi perpisahan? Ah, hati manusia memang ajaib, hati dirancang Allah dengan mekanisme yang tak bisa dijelaskan hanya melalui teori. Ketika kita mendengar sesuatu entah menyakitkan atau membahagiakan, maka yang merasakan adalah hati.Ketika  kita melihat sesuatu entah itu indah maupun buruk hatilah yang menilai. Dan hati begitu peka terhadap sekitar. Mungkin itu sebabnya ketika orang lain yang tidak peka, mereka dikatai sebagai seorang yang tak memiliki hati, tak punya perasaan. Meski sebenarnya yang tahu dan paham tentang hatinya adalah orang itu sendiri, terlepas peka atau tidaknya. Bukankah kepedulian tak melulu soal menunjukkan? Ah baiklah, kita lewati pembahasan yang ini. Perpisahan selalu saja menyakitkan, sebahagia apapun perayaaannya. Setegar apapun kita melepaskan, perpisahan akan selalu menyisakan kerinduan d

Pengakuan untuk Unknown

Gambar
Para Penerima Kado (gagal) Assalamualaikum, para pembaca setia. Yang secara tidak langsung menjadi penampung sepotong cerita hidup saya, khususnya masalah perasaan. Sesiang ini bahas masalah perasaan? Laper atau galau kali ya? Jawabannya, bisa jadi. Tapi yang lebih menggalaukan adalah, saya tidak tahu apa yang membuat saya galau. Absurd ya?! Ya sangat absurd dan ambigu. Berawal dari menonton sebuah drama korea dan ada satu kalimat magis yang menyayat hati "satu-satunya cara untuk mengakhiri cinta bertepuk sebelah tangan adalah menyatakannya" Lalu apalah daya saya hanya seorang perempuan yang bahkan untuk berkata lembut saja susah sekali, apalagi mengungkapkan perasaan. Dulu pernah memberanikan diri, istimewa untuk cinta pertama (pembodohan) setelah 5 tahun berjuang dengan berani mengatakan "saya masih sayang sama kamu" dan ya seperti dugaan saya, dia berkata selama mengenal saya tidak pernah sekalipun dia menganggap saya lebih dari teman. Dan ya, sejak saat itu

Tanyaku (?)

Lombok, 20:54 Lombok, apa kabarmu? Lebih seminggu aku merebah peluh di tanahmu. Namun, aku masih merasa asing di tempatku. Hanya rumahku, tempatku merasa hidup sebagai aku, selain itu aneh mencengkeramku. Lombok, ada apa denganku? Aku, hidupku, atau hatiku yang telah dirubah waktu? Aku takut akan diriku, aku takut kehilangan diriku dan menemukan aku yang dulu. Aku tak mau, sungguh tak mau. Aku ingin menjadi aku denganku yang saat ini bergerak mengikuti alur waktu, bukan sosok yang dulu sangat menakutkanku. Lombok, kau tahu? Terkadang aku rindu, dengan yang dulu. Entah, kisah hidupku juga perasaanku. Tapi aku sadar ditampar waktu, aku yang dulu musnah ditelan rindu yang tega membunuhku, dan aku yang saat ini ada karena rindu yang lebih menggebu bukan pada masa lalu tapi pada kisah baru serta petualangan baru. Lombok, untuk dua purnama yang akan berlalu, tolong bantu aku hadirkan cerita baru. Enyahkan segala rasa lama, untuk yang akan ada selamanya. Karena aku ingin kenangan yang

Siapakah Almair?

Perkenalkan sosok bernama Almair. Beberapa hari yang lalu, di twitter ikut kuis tebar puisi di mana syarat puisi yang ditulis ada nama sosok yang menjadi topik inspirasi dari puisi tersebut. Ya intinya kita menulis puisi untuk mengungkapkan perasaan apapun kepada nama yang disebut dan yah sosok yang beruntung saya sebut dalam tiap puisi yang saya buat untuk kuis itu adalah Almair. Dan tema puisi saya adalah rindu. Saya rindu dengan sosok ini, meski sekalipun belum pernah bertemu. Almair, siapa sih dia? Memangnya dia sangat penting ya? Atau dia orang istimewa yang menjadi pujaan hati atau bagaimana? Lets introducing our guest star, please welcome, Almair, Dzaky Almair Jamil. Ya, itu nama lengkapnya. Sepenting apakah dia dalam hidup saya? Sangat penting! Kenapa? Karena dia mengajarkan saya satu hal, bahwa tak ada yang tak mungkin selama kita percaya keajaiban itu ada. Ketika kita setia dengan apa yang kita rasakan, tidak perlu membuat perasaan itu tercecer ke mana-mana, cukup simpan