Pengakuan untuk Unknown
Para Penerima Kado (gagal)
Assalamualaikum, para pembaca setia. Yang secara tidak langsung menjadi penampung sepotong cerita hidup saya, khususnya masalah perasaan. Sesiang ini bahas masalah perasaan? Laper atau galau kali ya? Jawabannya, bisa jadi. Tapi yang lebih menggalaukan adalah, saya tidak tahu apa yang membuat saya galau. Absurd ya?! Ya sangat absurd dan ambigu.
Berawal dari menonton sebuah drama korea dan ada satu kalimat magis yang menyayat hati "satu-satunya cara untuk mengakhiri cinta bertepuk sebelah tangan adalah menyatakannya" Lalu apalah daya saya hanya seorang perempuan yang bahkan untuk berkata lembut saja susah sekali, apalagi mengungkapkan perasaan. Dulu pernah memberanikan diri, istimewa untuk cinta pertama (pembodohan) setelah 5 tahun berjuang dengan berani mengatakan "saya masih sayang sama kamu" dan ya seperti dugaan saya, dia berkata selama mengenal saya tidak pernah sekalipun dia menganggap saya lebih dari teman. Dan ya, sejak saat itu saya mengakhiri cinta bertepuk sebelah tangan saya. Saya sudah tahu perasaannya.
Satu tahun setelah kejadian yang fenomenal itu, saya menata hati bahwa saya tidak boleh jatuh cinta lagi. Sebisa mungkin jika perasaan itu akan tumbuh, pangkas secepatnya, hingga akar-akarnya. Tapi lagi dan lagi, semesta sepertinya senang bermain dengan saya, saat proses pemulihan luka malah air garam tersiram tanpa segan. Saya kalah? Tidak, saya bertahan atas nama perasaan. Perasaan ingin terbebas dari sesuatu ilusi bernama keajaiban. Bukan sarkasme, bahwa keajaiban itu tak ada. Keajaiban itu ada, hanya saja tidak untuk saya. Kenapa? Karena lagi dan lagi dari drama korea yang sama dan dari seseorang yang dekat ada sebuah kalimat yang membuat mata saya berkaca "adalah sebuah keajaiban ketika dua orang saling mencintai di saat yang bersamaan". Untuk itu saya mulai bahagia dengan label "pemuja rahasia".
Dua tahun terakhir memang itu yang terjadi pada saya. Ada beberapa orang yang entah bagaimana sangat mencuri perhatian saya, tapi saya tidak berani lagi untuk menjadi sosok yang dulu. Saya senang melihat mereka dari kejauhan, menjadi stalker mereka, mencari tahu semua tentang mereka dan senang membicarakan mereka. Tentu saja, waktu menyukai mereka berbeda, saya bukan seorang yang plin plan, saat saya suka pada satu hal saya akan fokus pada itu saja. Yah mereka adalah sosok yang lebih jauh tak tercapai, sosok yang bahkan untuk mendekati mereka saya tak mampu, sosok populer di lingkungan mereka. Itulah kenapa sekarang saya anti dengan sosok lawan jenis yang populer, saya bukan seorang yang hidup dengan jiwa bersaing tinggi, saya bukan seorang kompetitor saya seorang pasif yang mengalami Cinderella Syndrome. Tahu kan bagaimana kisah sepatu kaca yang melegenda, saya pun berharap demikian ada sosok yang datang menemui saya tanpa harus saya yang sibuk mencari perhatian. Egois? Mungkin iya, karena saya lelah selalu dilabeli "perempuan tak tahu malu". Padahal, kalau mereka tahu apa yang sebenarnya terjadi di balik layar, saya pastikan mereka menyesal telah memberi cap seperti itu, terlebih untuk para sok tahuers yang hanya mendengar sepotong kisah saya, itulah sebabnya kita selalu diingatkan jika membaca sesuatu harus menyeluruh kan?
Well, di sini saya hanya ingin menulis permohonan maaf untuk para penerima kado yang gagal. Maksudnya? Ya begini, ada sebuah kalimat yang menampar saya keras "mencintai dalam diam itu seperti membungkus sebuah kado tapi tak pernah memberikannya". Ya, mereka adalah para penerima kado yang gagal. Bukan karena mereka tak pantas menerima kado itu, hanya saja saya tidak yakin mereka mau menerimanya. Sekali lagi saya merasa menjadi sebutir pasir kali yang tak mungkin menjadi berlian. Saya hanya berterima kasih karena mereka saya bisa sekuat saat ini. Mereka yang mengajarkan saya bahwa hidup itu butuh pembuktian, bukan sekedar ucapan apalagi tulisan, terlebih masalah perasaan. Mereka yang membuat saya selalu yakin masih banyak laki-laki baik di luar sana. Meskipun perasaan itu hanya saya yang merasakan, tidak apa-apa. Setidaknya kehadiran kalian sudah membuat saya bisa berpindah, setiap saya memangkas tunas, tunas yang lain muncul, begitulah cara kalian ada. Satu sosok memikat hati kemudian menikam, muncul satu sosok membahagiakan hati kemudian mematahkan, lalu muncul lagi satu sosok yang mewarnai hati kemudian mematikannya. Semua hal itu saya rasakan sendiri, karena hati saya adalah tanggung jawab saya.
Untuk sosok yang penuh kejutan yang membuat saya sadar bahwa untuk mendapatkan laki-laki baik tentunya harus menjadi perempuan baik, karena Anda saya mendapatkan secercah harapan, hidayah dan hijrah, sosok Anda yang membuat saya terpacu untuk selalu mejadi terbaik. Anda dengan segala kejutan, yang tak pernah saya ketahui sebelumnya, yang membuat saya sempat menyesal "seharusnya saya dulu lebih dekat dengannya, sebelum hatinya dimiliki orang lain". Sosok yang tak berisik tapi selalu bisa menjadi teman ngobrol yang klop, sosok yang mengajari saya banyak prinsip hidup. Satu tahun begitu berat, saya yang mencoba ingin berpindah bertemu dengan Anda yang hatinya tak mau berpindah. Untuk sesaat sempat merasa ada harapan, tapi akhirnya saya sadar jalan hidup dan cara kita melihat dunia sangatlah berbeda. Tentu saja anda adalah mutiara di dasar samudera sedangkan saya seorang pecinta mutiara yang mendekati laut pun tak berani aoalagi menyelam ke dalam lautan.
Untuk sosok yang entah bagaimana sempat mencuri perhatian saya, sosok yang dengan segala keserhanaannya, sosok yang begitu dewasa. Sosok yang membuat saya merasa tak sendiri, yang selalu bisa menjadi pendengar yang baik. Sosok yang berusaha mencairkan suasana meski pada akhirnya kebekuan yang ada. Semoga hati Anda cepat sembuh, saya tidak tahu sedalam apa luka itu. Yang pasti tak mungkin untuk saya meminta Anda membalut luka saya sedangkan anda sedang terluka parah. Tentu saja Anda akan mendapatkan sosok yang lebih baik, bukan saya. Ayolah, mereka yang begitu nyata saja Anda tak hiraukan apalagi saya yang hanya mengandalkan tulisan. Terima kasih sudah menjadi teman bercerita, yang sempat membuat saya ingin menulis cerita bersama. Anda adalah hujan yang bebas jatuh di mana saja tapi sayangnya saya hanya sosok yang menikmati hujan dari balik jendela, saya tidak mau menggigil kedinginan.
Last one, untuk sosok yang selalu menjadi topik cerita beberapa waktu lalu, yang beberapa saat berhasil membuat saya bertingkah bodoh meski tetap menggunakan wajah poker face saya, terima kasih karena Anda saya percaya tidak semua laki-laki dalah player dan PHP. Masih ada laki-laki yang begitu menarik perhatian tanpa perlu sibuk menebar perhatian. Sosok yang selalu membuat saya tertawa dengan tingkahnya, sosok yang dalam dirinya saya melihat diri saya sendiri dan sosok yang membangunkan saya dari mimpi indah bahwa dunia ini bukan negeri dongeng. Sosok yang awalnya menyebalkan, kemudian menghadirkan perasaan menyebalkan itu. Dan berakhir tanpa pernah ada awal. Bunga itu dicabut sebelum mekar. Ayolah, saya tahu diri dan tahu posisi, tak ada tempat saya di sana. Anda seperti matahari yang selalu saya tunggu saat pagi dan saya kenang saat petang tapi saya tak bisa menyentuh matahari itu, saya hanya bisa melihat Anda datang dan pergi tanpa pernah bisa mengucapkan sepatah kata. Terima kasih sudah membuat saya tertawa tanpa Anda sadari.
See? Saya sudah mengungkapkan perasaan saya kepada mereka, meski tentu saja mereka tidak tahu,sampai kapanpun tak akan tahu bahwa sosok yang ada dalam tulisan adalah mereka. Saya tidak berharap banyak hal, semoga mereka menemukan bidadari yang mereka impikan. Sedang saya tentunya akan mendapatkan sosok pangeran yang entah siapa. Yang pasti, saya tidak mau memberikan kado lagi pada siapapun. Ya ujungnya memang begitu, nasib seseorang yang terpesona terlampau dalam akan terperosok sangat dalam. Oleh karena itu, sebelum bunga itu menjalar ke mana-mana lebih baik memangkas hingga ke akar-akarnya, hingga kado yang sudah jadi tak jadi diberikan tapi malah dimusnahkan.
Maaf untuk kemunafikan, terima kasih untuk perkenalan. Sudah ada, membuat rasa. Mengajarkan arti, hidup berarti. Berbagi cerita, tertawa bersama. Meski sendiri, memendam sepi. Ujung jalan, berpisah di persimpangan.
By the way, pernah mendengar kalimat ini ""Kamu bilang suka hujan, tapi kamu memakai payung saat berjalan di
bawahnya. Kamu bilang suka matahari, tapi kamu malah berteduh saat
matahari bersinar. Kamu bilang suka angin, tapi saat angin menghampirimu
kamu malah menutup jendela. Dan itulah mengapa aku takut saat kau
bilang suka padaku." Ya mungkin seperti itulah cara saya menyikapi perasaan, saya menjauhi, menghindar, bahkan memusnahkannya. Bukan karena munafik, atau mungkin memang begitu, saya hanya takut terperosok dalam seperti yang sudah saya alami. Sebut saja saya penakut, pengecut, tak apa. Kalian tahu? Menunggu seseorang yang tak bisa berpindah hati itu seperti sedang berdiri di bawah guyuran hujan, ingin berteduh tapi kaki sudah gemetaran menggigil kedinginan, dan parahnya kita tidak tahu hujan itu sampai berapa lama. Jadi, lebih baik jangan bermain air jika tak ingin basah.
Tulisan ini ditulis dengan ketidakwarasan. Dihack oleh si Mother Alien. Tolong dimaklumi.
Wassalam.
Assalamualaikum, para pembaca setia. Yang secara tidak langsung menjadi penampung sepotong cerita hidup saya, khususnya masalah perasaan. Sesiang ini bahas masalah perasaan? Laper atau galau kali ya? Jawabannya, bisa jadi. Tapi yang lebih menggalaukan adalah, saya tidak tahu apa yang membuat saya galau. Absurd ya?! Ya sangat absurd dan ambigu.
Berawal dari menonton sebuah drama korea dan ada satu kalimat magis yang menyayat hati "satu-satunya cara untuk mengakhiri cinta bertepuk sebelah tangan adalah menyatakannya" Lalu apalah daya saya hanya seorang perempuan yang bahkan untuk berkata lembut saja susah sekali, apalagi mengungkapkan perasaan. Dulu pernah memberanikan diri, istimewa untuk cinta pertama (pembodohan) setelah 5 tahun berjuang dengan berani mengatakan "saya masih sayang sama kamu" dan ya seperti dugaan saya, dia berkata selama mengenal saya tidak pernah sekalipun dia menganggap saya lebih dari teman. Dan ya, sejak saat itu saya mengakhiri cinta bertepuk sebelah tangan saya. Saya sudah tahu perasaannya.
Satu tahun setelah kejadian yang fenomenal itu, saya menata hati bahwa saya tidak boleh jatuh cinta lagi. Sebisa mungkin jika perasaan itu akan tumbuh, pangkas secepatnya, hingga akar-akarnya. Tapi lagi dan lagi, semesta sepertinya senang bermain dengan saya, saat proses pemulihan luka malah air garam tersiram tanpa segan. Saya kalah? Tidak, saya bertahan atas nama perasaan. Perasaan ingin terbebas dari sesuatu ilusi bernama keajaiban. Bukan sarkasme, bahwa keajaiban itu tak ada. Keajaiban itu ada, hanya saja tidak untuk saya. Kenapa? Karena lagi dan lagi dari drama korea yang sama dan dari seseorang yang dekat ada sebuah kalimat yang membuat mata saya berkaca "adalah sebuah keajaiban ketika dua orang saling mencintai di saat yang bersamaan". Untuk itu saya mulai bahagia dengan label "pemuja rahasia".
Dua tahun terakhir memang itu yang terjadi pada saya. Ada beberapa orang yang entah bagaimana sangat mencuri perhatian saya, tapi saya tidak berani lagi untuk menjadi sosok yang dulu. Saya senang melihat mereka dari kejauhan, menjadi stalker mereka, mencari tahu semua tentang mereka dan senang membicarakan mereka. Tentu saja, waktu menyukai mereka berbeda, saya bukan seorang yang plin plan, saat saya suka pada satu hal saya akan fokus pada itu saja. Yah mereka adalah sosok yang lebih jauh tak tercapai, sosok yang bahkan untuk mendekati mereka saya tak mampu, sosok populer di lingkungan mereka. Itulah kenapa sekarang saya anti dengan sosok lawan jenis yang populer, saya bukan seorang yang hidup dengan jiwa bersaing tinggi, saya bukan seorang kompetitor saya seorang pasif yang mengalami Cinderella Syndrome. Tahu kan bagaimana kisah sepatu kaca yang melegenda, saya pun berharap demikian ada sosok yang datang menemui saya tanpa harus saya yang sibuk mencari perhatian. Egois? Mungkin iya, karena saya lelah selalu dilabeli "perempuan tak tahu malu". Padahal, kalau mereka tahu apa yang sebenarnya terjadi di balik layar, saya pastikan mereka menyesal telah memberi cap seperti itu, terlebih untuk para sok tahuers yang hanya mendengar sepotong kisah saya, itulah sebabnya kita selalu diingatkan jika membaca sesuatu harus menyeluruh kan?
Well, di sini saya hanya ingin menulis permohonan maaf untuk para penerima kado yang gagal. Maksudnya? Ya begini, ada sebuah kalimat yang menampar saya keras "mencintai dalam diam itu seperti membungkus sebuah kado tapi tak pernah memberikannya". Ya, mereka adalah para penerima kado yang gagal. Bukan karena mereka tak pantas menerima kado itu, hanya saja saya tidak yakin mereka mau menerimanya. Sekali lagi saya merasa menjadi sebutir pasir kali yang tak mungkin menjadi berlian. Saya hanya berterima kasih karena mereka saya bisa sekuat saat ini. Mereka yang mengajarkan saya bahwa hidup itu butuh pembuktian, bukan sekedar ucapan apalagi tulisan, terlebih masalah perasaan. Mereka yang membuat saya selalu yakin masih banyak laki-laki baik di luar sana. Meskipun perasaan itu hanya saya yang merasakan, tidak apa-apa. Setidaknya kehadiran kalian sudah membuat saya bisa berpindah, setiap saya memangkas tunas, tunas yang lain muncul, begitulah cara kalian ada. Satu sosok memikat hati kemudian menikam, muncul satu sosok membahagiakan hati kemudian mematahkan, lalu muncul lagi satu sosok yang mewarnai hati kemudian mematikannya. Semua hal itu saya rasakan sendiri, karena hati saya adalah tanggung jawab saya.
Untuk sosok yang penuh kejutan yang membuat saya sadar bahwa untuk mendapatkan laki-laki baik tentunya harus menjadi perempuan baik, karena Anda saya mendapatkan secercah harapan, hidayah dan hijrah, sosok Anda yang membuat saya terpacu untuk selalu mejadi terbaik. Anda dengan segala kejutan, yang tak pernah saya ketahui sebelumnya, yang membuat saya sempat menyesal "seharusnya saya dulu lebih dekat dengannya, sebelum hatinya dimiliki orang lain". Sosok yang tak berisik tapi selalu bisa menjadi teman ngobrol yang klop, sosok yang mengajari saya banyak prinsip hidup. Satu tahun begitu berat, saya yang mencoba ingin berpindah bertemu dengan Anda yang hatinya tak mau berpindah. Untuk sesaat sempat merasa ada harapan, tapi akhirnya saya sadar jalan hidup dan cara kita melihat dunia sangatlah berbeda. Tentu saja anda adalah mutiara di dasar samudera sedangkan saya seorang pecinta mutiara yang mendekati laut pun tak berani aoalagi menyelam ke dalam lautan.
Untuk sosok yang entah bagaimana sempat mencuri perhatian saya, sosok yang dengan segala keserhanaannya, sosok yang begitu dewasa. Sosok yang membuat saya merasa tak sendiri, yang selalu bisa menjadi pendengar yang baik. Sosok yang berusaha mencairkan suasana meski pada akhirnya kebekuan yang ada. Semoga hati Anda cepat sembuh, saya tidak tahu sedalam apa luka itu. Yang pasti tak mungkin untuk saya meminta Anda membalut luka saya sedangkan anda sedang terluka parah. Tentu saja Anda akan mendapatkan sosok yang lebih baik, bukan saya. Ayolah, mereka yang begitu nyata saja Anda tak hiraukan apalagi saya yang hanya mengandalkan tulisan. Terima kasih sudah menjadi teman bercerita, yang sempat membuat saya ingin menulis cerita bersama. Anda adalah hujan yang bebas jatuh di mana saja tapi sayangnya saya hanya sosok yang menikmati hujan dari balik jendela, saya tidak mau menggigil kedinginan.
Last one, untuk sosok yang selalu menjadi topik cerita beberapa waktu lalu, yang beberapa saat berhasil membuat saya bertingkah bodoh meski tetap menggunakan wajah poker face saya, terima kasih karena Anda saya percaya tidak semua laki-laki dalah player dan PHP. Masih ada laki-laki yang begitu menarik perhatian tanpa perlu sibuk menebar perhatian. Sosok yang selalu membuat saya tertawa dengan tingkahnya, sosok yang dalam dirinya saya melihat diri saya sendiri dan sosok yang membangunkan saya dari mimpi indah bahwa dunia ini bukan negeri dongeng. Sosok yang awalnya menyebalkan, kemudian menghadirkan perasaan menyebalkan itu. Dan berakhir tanpa pernah ada awal. Bunga itu dicabut sebelum mekar. Ayolah, saya tahu diri dan tahu posisi, tak ada tempat saya di sana. Anda seperti matahari yang selalu saya tunggu saat pagi dan saya kenang saat petang tapi saya tak bisa menyentuh matahari itu, saya hanya bisa melihat Anda datang dan pergi tanpa pernah bisa mengucapkan sepatah kata. Terima kasih sudah membuat saya tertawa tanpa Anda sadari.
See? Saya sudah mengungkapkan perasaan saya kepada mereka, meski tentu saja mereka tidak tahu,sampai kapanpun tak akan tahu bahwa sosok yang ada dalam tulisan adalah mereka. Saya tidak berharap banyak hal, semoga mereka menemukan bidadari yang mereka impikan. Sedang saya tentunya akan mendapatkan sosok pangeran yang entah siapa. Yang pasti, saya tidak mau memberikan kado lagi pada siapapun. Ya ujungnya memang begitu, nasib seseorang yang terpesona terlampau dalam akan terperosok sangat dalam. Oleh karena itu, sebelum bunga itu menjalar ke mana-mana lebih baik memangkas hingga ke akar-akarnya, hingga kado yang sudah jadi tak jadi diberikan tapi malah dimusnahkan.
Maaf untuk kemunafikan, terima kasih untuk perkenalan. Sudah ada, membuat rasa. Mengajarkan arti, hidup berarti. Berbagi cerita, tertawa bersama. Meski sendiri, memendam sepi. Ujung jalan, berpisah di persimpangan.
By the way, pernah mendengar kalimat ini ""Kamu bilang suka hujan, tapi kamu memakai payung saat berjalan di
bawahnya. Kamu bilang suka matahari, tapi kamu malah berteduh saat
matahari bersinar. Kamu bilang suka angin, tapi saat angin menghampirimu
kamu malah menutup jendela. Dan itulah mengapa aku takut saat kau
bilang suka padaku." Ya mungkin seperti itulah cara saya menyikapi perasaan, saya menjauhi, menghindar, bahkan memusnahkannya. Bukan karena munafik, atau mungkin memang begitu, saya hanya takut terperosok dalam seperti yang sudah saya alami. Sebut saja saya penakut, pengecut, tak apa. Kalian tahu? Menunggu seseorang yang tak bisa berpindah hati itu seperti sedang berdiri di bawah guyuran hujan, ingin berteduh tapi kaki sudah gemetaran menggigil kedinginan, dan parahnya kita tidak tahu hujan itu sampai berapa lama. Jadi, lebih baik jangan bermain air jika tak ingin basah.
Tulisan ini ditulis dengan ketidakwarasan. Dihack oleh si Mother Alien. Tolong dimaklumi.
Wassalam.
Komentar
Posting Komentar