Dilan, Kegilaan, dan Kebaperan

Tahu gak kenapa Dilan dengan segala kegilaannya berhasil membuat para perempuan mengalami Kebaperan? Dilan menunjukkan karakter yang gentle-man, bukan bad boy tapi nice guy.

Pada dasarnya perempuan itu suka diperlakukan istimewa dalam hal sekecil apapun, ingin dilindungi, dimengerti, diakui, dan diberikan kejelasan. Well, lihat Dilan. Dari awal dia sudah jelas tujuannya mendekati Milea apa, Dilan yang panglima tempur tapi memperlakukan perempuan dengan baik bahkan ke perempuan yang tidak dia suka sekalipun (kata Dilan, tak mencintai bukan berarti membenci), begitu beraninya Dilan melindungi perempuan yang dia sayang, saat Milea khawatir lihat cara Dilan menenangkannya, Dilan mau menurunkan egonya, mau mengalah.

Memang ada saat Dilan tidak mendengar Milea, lalu karena hal itu mereka pisah, tapi alasannya waktu itu Dilan terbakar cemburu. Kata orang bijak api yang paling cepat merambat membakar habis segalanya adalah kecemburuan. Dilan juga manusia. Dilan bilang apa? Cemburu hanya untuk orang yang tak percaya diri, dan saat itu dia tak percaya diri.

Kenapa Dilan dielu-elukan? Karena mungkin para perempuan yang histeris oleh kegilaan Dilan adalah perempuan yang berharap ada sesosok yang memperlakukan mereka dengan istimewa, tak harus sama persis seperti Dilan. Ayolah saya rasa mereka termasuk saya masih sadar dan realitis Dilan tak akan ada di kehidupan nyata kami.  Dilan yang asli sudah sold out pastinya.

Sekarang banyak kasus kekerasan dalam pacaran, laki-laki yang memukul perempuan yang katanya dicintainya, lalu ada laki-laki yang mendekati perempuan tanpa kejelasan (modus, PHP), ada yang hanya beejuang di awal lalu pergi setelah cinta-cintanya, ada yang tak cukup pacar satu, ada yang begitu gengsinya hanya untuk minta maaf saja enggan, ada yang tak mau mengalah meski salah, ada yang sebegitu egoisnya dan ada yang sangat kekanak-kanakan.

Mereka yang membaca buku ketiga yang berjudul Milea pasti tahu Dilan itu benar-benar gentle, Dilan mengatakan bahwa dia tak seluarbiasa yang Milea ceritakan di buku 1 dan 2 (dia merendah).

Jadi seperti kata teman saya kamu tak perlu jadi Dilan. Saya juga bilang saya tidak mau jadi Milea. Kamu tak perlu kasih tts, coklat via tukang koran, dan lainnya. Cukup jadi laki-laki baik yang tahu cara memperlakukan perempuan dengan baik, perlakuan dengan cara yang sesuai dengan dirimu sendiri karena setiap orang memiliki cara mencintai yang berbeda, asalkan tak menyakiti orang yang katanya kamu sayangi, tak meninggalkannya sendirian, memberikan kejelasan dan kepastian. Kata bang Tere, kaum perempuan meski kamu sudah mengatakan mencintai mereka, mereka tetap memastikannya, bertanya lagi dan lagi apakah kamu mencintainya.

Kamu tahu satu-satunya cara untuk menunjukkan kepastian sebenarnya pada perempuan adalah menikahinya. Untuk kaum remaja anak muda, terlebih anak muda yang sedang di bangku SMA Dilan jagoannya, ingat Dilan dan Milea hanya pacaran saja pemirsa. Kamu mau sudah dibuat cinta secintanya lalu tak lagi bersama?

Saat menonton film Dilan, bioskop gaduh ricuh rusuh setiap kali Dilan melancarkan rayuan anti-mainstreamnya bahkan laki-laki terbawa suasana, mereka tak kalah keras berteriak. Dan setelah itu saya dan genk nonton film saya, makan di sebuah tempat makan pinggir jalan, salah satu teman berkata begini "Kamu tak perlu menjadi Dilan, kamu jadi dirimu sendiri saja, kamu yang apa adanya saja sudah bisa membuatku jatuh cinta berkali-kali tanpa henti." Lalu saya menyambungnya "Aku gak mau jadi Milea, sudah dibaperin sampai  gak bisa dilupain, eh ujungnya sama yang lain."

Dear calon suamiku kelak, aku memang suka Dilan, terlebih sifatnya tapi kamu tak perlu jadi Dilan, aku juga tak akan mau jadi Milea. Nanti kita buat cerita kita sendiri saja ya. Romantis versi kita, bahagia sedunia sesurga.


Gambar via Google



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jika Besok Aku Mati~

Mempercayai atau Dipercaya?

Cinta Ala Zulaikha