Apa Kabarmu?
Apa kabarmu, pemilik mata jelaga yang
meakutkan namun begitu meneduhkan?. Hari-hariku terasa berjalan begitu lambat,
sedang kamu tak kutemukan di setiap tempat. Tempat-tempat di mana aku memberi
tanda kita di sana. Hingga detik ini, aku masih saja meridukanmu. Tak peduli
bagaimana luka di hatiku karenamu. Bagiku, rindu padamu adalah candu, aku tak
bisa berhenti walau aku ingin mengakhiri.
Apa kabarmu, pemilik wajah tegas dengan
senyum manis?. Aku masih memikirkanmu, berharap kau juga sedang memikirkanku.
Apakah aku terlalu berharap? Baiklah, aku tak akan berharap. Tapi izinkan aku
selalu mengenangmu, setidaknya kau selalu ada dalam ingatanku. Aku tak akan
berharap hal yang sama, karena kutahu tak ada waktu luangmu untuk mengingatku.
Tak apa-apa, aku sudah biasa dengan kisah seperti ini, diabaikan seperti
biasanya.
Apa kabarmu, pencuri hati yang tak
kembali? Sudah sampai manakah perjalananmu? Apakah aku tak ada dalam rencana
hidupmu? Aku selalu bertanya hal yang tak seharusnya, pertanyaan yang selalu
berujung denga rasa yang menyakitkan. Aku seperti sengaja menyayat luka di atas
luka. Luka yang tak sempat dibebat, menganga oleh prihal yang sama, cinta. Lalu
aku harus bagaimana? Aku merindukanmu, untuk sedetik kemudian terluka lagi dan
lagi karenamu.
Apa kabarmu, sosok kaku yang sangat
beku? Rupanya waktu masih ingin bermain denganku, ia belum juga memberikan
kasanya padaku untuk membalut luka di hatiku. Sepertinya kamu tak jauh beda
dari waktu, berlari tanpa bisa kuminta berenti. Kau tetap saja pergi, dan tak
bisa kembali. Aku harus bagaimana? Haruskah aku mengikutimu sedang aku tak tahu
di belahan dunia mana kamu berada. Jadi bisakah memberiku balasan atas pesanku
yang bertanya; apa kabarmu?
Komentar
Posting Komentar