Siapakah Almair?

Perkenalkan sosok bernama Almair.

Beberapa hari yang lalu, di twitter ikut kuis tebar puisi di mana syarat puisi yang ditulis ada nama sosok yang menjadi topik inspirasi dari puisi tersebut. Ya intinya kita menulis puisi untuk mengungkapkan perasaan apapun kepada nama yang disebut dan yah sosok yang beruntung saya sebut dalam tiap puisi yang saya buat untuk kuis itu adalah Almair. Dan tema puisi saya adalah rindu. Saya rindu dengan sosok ini, meski sekalipun belum pernah bertemu.

Almair, siapa sih dia? Memangnya dia sangat penting ya? Atau dia orang istimewa yang menjadi pujaan hati atau bagaimana? Lets introducing our guest star, please welcome, Almair, Dzaky Almair Jamil. Ya, itu nama lengkapnya. Sepenting apakah dia dalam hidup saya? Sangat penting! Kenapa? Karena dia mengajarkan saya satu hal, bahwa tak ada yang tak mungkin selama kita percaya keajaiban itu ada. Ketika kita setia dengan apa yang kita rasakan, tidak perlu membuat perasaan itu tercecer ke mana-mana, cukup simpan di ruang terdalam hati karena sesuatu yang rahasia lebih istimewa. Dia yang meyakinkan saya bahwa di luar sana masih ada lelaki baik untuk perempuan yang selalu berusaha memperbaiki diri, dan dia juga yang membuktikan bahwa kisah cinta yang indah datang dengan cara mengagumkan pada saatnya.

Dzaky Almair Jamil sosok lelaki misterius. Dalam gambaran saya,  dia sosok dingin dan kaku, jenius dan punya segalanya yang membuat perempuan bertekuk lutut. Sesuai dengan arti dari namanya, Dzaky Almair Jamil yaitu pangeran yang cerdas dan tampan. Bukan hanya rupa tapi hati, terutama agamanya, calon imam idaman dunia akhirat deh. But, di sisi lain si Almair ini juga yang menyadarkan saya satu hal, saya sudah terlalu jauh hanyut oleh imajinasi fiktif yang saya buat.

Ya, Almair bukan sosok nyata yang bisa ditemukan di kehidupan dunia saya. Dia adalah tokoh fiktif, tak nyata, hasil dari imajinasi saya tentang sosok lelaki ideal. Dia salah satu tokoh utama laki-laki dalam novel pertama yang saya buat. You know what? Dia tidak banyak mendapat sorotan tapi dialah kunci utama cerita dari novel saya.  Kejutan indah di akhir bagi Hasna si perempuan yang saat ini menjadi ikon hidup saya, ya saya ingin sepertinya, seperti Hasna yang memiliki seorang Almair tapi dengan kisah berbeda. Saya akan selalu berusaha memperbaiki diri seperti yang Hasna lakukan, bukan untuk menarik sosok Almair yang ada di luar sana, tapi untuk dipertemukan dengan cara yang baik dengan orang yang tepat.

Seorang sahabat berkata bahwa dia membaca sebuah buku karangan penyair terkenal, dia berkata pada saya bahwa dalam buku itu bisa menjawab apapun masalah cinta. Lalu saya menjawab  "Apapun? Gak semua hal bisa di dapatkan jawabannya dari buku, sekalipun memang relevan sama kehidupan nyata, karna pada ujungnya yang bisa menjawab masalah kita sendiri ya cuma kita, apalagi masalah perasaan, mau seperpustakaan baca buku tentang manajemen perasaan, patah hati jatuh cinta dan sejenisnya, kalau memang kita yang gak punya prinsip dan batasan tetap saja kolaps!"

Sebenarnya kalimat itu untu menyindir diri sendiri, setiap kali membaca buku ada tokoh yang mebuat hati tak karuan selalu saja mengandaikan bahwa i will find the guy, padahal pada kenyataannya saya ya saya, saya bukan tokoh utama dalam novel yang akan mendapatkan pasangan seperti cerita novel itu. Bukankah saat ini saya sedang menjadi tokoh utama untuk hidup saya sendiri? Dan Dia yang menulis cerita, memang hingga bab ini the right man itu belum ditemukan atau lebih tepatnya Sang Penulis belum mempertemukan. Sama seperti novel yang saya buat, bukankah butuh belasan tahun untuk Hasna dan Almair memendam rasa hingga saling memiliki? And then, mereka harus berpisah bertahun-tahun sebelum terikat dalam satu janji suci. So, Almair hanyalah gambaran ideal laki-laki idaman saya, saya tidak ingin mendapatkan Almair karena saya bukan Hasna. Saya ingin mendapatkan sosok nyata yang dari tulang rusuknya saya diciptakan-Nya. Bukankah Allah berfirman bahwa Dia menciptakan manusia berpasangan dan Allah tidak meletakkan dua hati pada satu tubuh.

Dear kamu, semoga segera bertemu meski di ujung waktu. Untuk kamu, yang memang tercipta hanya untukku. :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jika Besok Aku Mati~

Mempercayai atau Dipercaya?

Cinta Ala Zulaikha