Sudah Bahagiakah?!

"Sudahkah kamu merasakan bahagia dalam hidupmu?"
"Mmm, sudah,"
"Kapan?"
"Ketika saya bisa membahagiakan orang-orang yang saya sayangi."
"Lalu apa definisi bahagia bagimu?"
"Bahagia adalah ketika saya bisa membahagiakan orang lain."
"Lalu bahagia untuk dirimu sendiri apa?"
"Ya itu, saya bisa membahagiakan orang-orang,"
"Baik, apakah kau sudah bisa membahagiakan orang-orang?"
"Belum semuanya,"
"Jadi kamu tidak bahagia kalau mereka semua tidak bahagia?"
"Mungkin,"
"Kenapa?"
"Karena buat saya melihat orang bahagia adalah kebahagiaan saya."
"Jadi sekarang kamu merasa bahagia atau tidak?"
"......"
Percakapan di atas contoh kecil dari bagaimana kita sudah kehilangan definisi kebahagiaan untuk diri sendiri. Perhatikan berapa kali ia mengatakan bahwa kebahagiaannya terletak pada orang lain. Dia tak mampu menjelaskan sesederhana mungkin tentang bahagia untuk dirinya sendiri. Tak salah membahagiakan orang lain, tapi ingat kita juga butuh bahagia, bahagia untuk diri sendiri.

Jika kau melakukan segalanya hanya untuk menyenangkan orang lain, maka lambat laun kau pun akan lupa bagaimana menyenangkan dirimu sendiri, yang kau tahu hanya menyenangkan orang lain dan akhirnya definisi kebahagiaan mu hanya mengacu pada mereka. Bahkan kau tidak tahu lagi apa yang membuatmu bahagia. Kau berpikir dengan membuat orang lain bahagia kau akan bahagia, dan merasa dengan membuat mereka bahagia mereka akan menyukaimu. Mungkin iya, tapi tak selamanya.

Manusia punya sifat dasar "nila setitik rusak susu sebelaga" jadi kau terus-menerus membuat mereka bahagia, lalu mungkin tanpa sengaja kau membuat kecewa dan mereka terluka, maka jangan berharap pengecualian, kau sama, kau akan dikejar habis-habisan dengan tuduhan tak becus, disalahkan, dan mulai dijauhi.

Semakin kau membentuk konsep bahagiamu adalah tentang mereka, semakin lama kamu kehilangan diri nyatamu, karena kau sibuk bahkan terlalu sibuk menjadi diri ideal bagi orang lain. Lama kelamaan kau sakit. Terjadi konflik antara dirimu yang sebenarnya dengan diri ideal--yang entah itu dirimu ataupun lingkungan yang menciptakan standar ideal itu. Setelah kau membuat sebuah kesalahan sekali (jika tak percaya coba saja), maka mereka mulai menunjukkan dirinya yang sebenarnya, benar-benar menyukaimu atau tidak.

Rasanya miris, kau sampai kehilangan diri sendiri--jati dirimu hanya untuk orang lain, tapi orang lain belum tentu menerimamu sepenuhnya dengan apa adanya kamu. Bukan, bukannya aku menyarankan agar tak baik pada orang lain. Aku hanya ingin menegaskan kebahagiaan sebenarnya adalah membuat dirimu bahagia. Ini bukan tentang etika, moral, dan sebagainya. Ini tentang jiwa yang sehat, dan mental yang matang.

Bagaimana mungkin kau bisa membahagiakan orang lain jika kau sendiri tak tahu cara untuk bahagia? Bagaimana bisa orang menerimamu sepenuhnya sedangkan kau tak bisa menerima dirimu yang sebenarnya?

Bahagiakanlah mereka tapi sewajarnya saja, jangan berlebihan. Agar kelak ketika tak sengaja salah pijak, kau masih bisa berdiri tegak. Ingatlah Manusia itu memang pelupa, lupa pada kebaikan orang tapi seorang master memori ketika mengingat keburukan orang lain.

Bahagiakan dirimu dulu. Kau sama seperti mereka, berhak bahagia dan menerima yang terbaik dalam hidupmu. Jika kau sudah temukan definisi kebahagiaan sesungguhnya, kau tak akan risau lagi tentang penilaian orang lain. Orang lain suka atau tidak toh apapun yang terjadi di hidupmu kaulah yang menjalani, mereka tidak bisa menggantikanmu menangis ataupun tertawa, mereka hanya bisa melihat mungkin ada yang bisa merasakan juga tapi tetap kaulah yang paling mengerti arti tangis dan tawa itu.

Sudahkah dirimu bahagia? Tanyakan dengan tulus pada hatimu, apa kebahagiaan untukmu?

Bagiku kebahagiaan adalah penerimaan, ketika aku bisa menerima segala hal entah baik atau buruk pada diriku, hidupku, juga orang-orang di sekitarku terutama mereka yang kusayangi, itulah kebahagiaan. Ah, sederhana saja. Bahagia itu ketika aku bisa tidur siang tanpa takut telat masuk kelas, makan mie instan tanpa takut mata bengkak. Bahagiaku adalah ketika aku menulis dan itu bisa bermanfaat untuk orang lain. Bahagia ketika bisa bernafas dengan normal, dan Allah masih memberiku kesempatan menabung amal untuk akihratku. :)



Komentar

  1. Rasa nya dunia ini jauh dengan kebahagiaan

    BalasHapus
  2. Rasa nya dunia ini jauh dengan kebahagiaan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jika tak menemukan kebahagiaan, maka ciptakanlah kebahagiaan itu.

      Hapus
  3. Apakah kita mempunyai daya untuk menciptakan suatu kebahagiaan yg هقًا

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jika Besok Aku Mati~

Mempercayai atau Dipercaya?

Cinta Ala Zulaikha