Mempercayai atau Dipercaya?
Kenapa kita sulit percaya, karena ada orang yang sulit menempati janji. Dalam filsafat satu yang selalu diingatkan "jangan lakukan sesuatu pada orang lain, yang mana sesuatu itu tidak kamu suka atau benci jika orang lain lakukan padamu.".
Kamu mau diperlakukan baik tapi tidak baik pada orang, kamu mau dihargai tapi tidak bisa menghargai orang, dan kamu mau dipercayai tapi tidak bisa menepati janji, orang bodoh mana yang terus-menerus mau diperlakukan seperti itu. Sekuat apapun dia, sebaik apapun, ketika rasa kecewa atas sebuah percaya menghampirinya maka akan seperti kembang api, menyala terang kemudian hilang. Ledakan kecewa itu seperti kembang api yang meluncur ke atas, terlihat sebentar lalu dia lenyap. Orang yang kecewa akan cenderung menghindari apa yang membuat mereka kecewa, ia tak mau kecewa lagi, sesederhana itu.
Saat kita mengecewakan seseorang anggap saja kali pertama, pada awalnya akan dimaklumi, tapi jika terus diulangi, bisa jadi dia lebih baik sendiri, berteman dengan sepi meski katanya sepi bisa membunuh, setidaknya dia tidak perlu terluka berkali-kali oleh perihal yang sama.
Orang yang sulit percaya pada orang lain adalah pada mulanya orang yang memiliki hati dengan kepercayaan bahwa semua orang itu baik (Rogerian sekali), kemudian orang-orang yang dia percaya mulai melakukan aksi, kasus pertama bisa dimaafkan (ayolah siapa di dunia ini yang tak pernah melakukan kesalahan), kasus kedua dimaafkan lagi (setiap orang berhak diberikan kesempatan kedua, ia meyakinkan dirinya) kasus ketiga terjadi lagi (dia masih yakin setiap orang akan punya masa untuk berubah), kasus keempat kelima (mulai bertanya bagaimana bisa orang melakukan ketidaksengajaan berulang kali) keenam ketujuh (mungkin sudah tabiatnya, susah dirubah, apalagi jika sangat percaya itu bawaan sejak lahir) kasus selanjutnya (dibiarkan saja, toh sudah kebiasaan) kekecewaan yang dipendam apalagi lukanya mendalam terus ditekan tak ingin ditunjukkan, semakin lama akan menjadi bom waktu, hanya menunggu waktu yang tepat dan sedikit pemicu maka "Boom!" Meledaklah berbagai macam rasa itu.
Setelah luapan kecewa itu meledak, dua kemungkinan yang akan dilakukannya, mengatakan yang terjadi atau langsung pergi begitu saja, yang jelas "kelar hidup loe!". Jangankan seperti yang dulu, kau masuk di hidupnya lagi bisa jadi tak ada tempat. Ayolah hidup kan tak melulu tentang kamu, banyak yang lainnya.
Orang-orang yang dia pernah percayai menyadarkannya bahwa tak semua orang bisa diberikan kepercayaan, tidak semua orang bisa menepati janji (mungkin mereka orang yang percaya bahwa janji dibuat untuk diingkari sama halnya dengan peraturan dibuat untuk dilanggar), setelah itu dia perlahan membangun sebuah pertahanan bagaimana caranya ia bisa terlindungi, ya dengan tidak mudah percaya pada orang lain.
Jadi, siapapun kita dan siapapun orang yang menaruh kepercayaan pada kita, sebisa mungkin jangan dikecewakan, percayalah menjadi orang yang sulit mempercayai orang lain tidak mudah, sama seperti para tukang perusak kepercayaan yang tak mudah untuk berubah.
Jika kau temukan seseorang yang kau percaya dan dia menjaga kepercayaanmu, maka jagalah ia seperti kau menjaga apa yang kau percayai selama ini. Hidup dibuat sederhana saja, bahagialah dengan orang yang ingin kau bahagiakan yang juga bisa membahagiakanmu, "saling" bukan berarti perhitungan tapi kebutuhan. Kebutuhan untuk keseimbangan. Karena sesuatu yang berlebihan tak pernah baik kan?
Seseorang berkata terkadang lebih baik kita tidak mempercayai atau dipercayai, dengan begitu tak ada yang merasa dikhianati, dilukai, dan dikecewakan atas percaya itu. :)
.
.
Sanam. 16.11.17
Kamu mau diperlakukan baik tapi tidak baik pada orang, kamu mau dihargai tapi tidak bisa menghargai orang, dan kamu mau dipercayai tapi tidak bisa menepati janji, orang bodoh mana yang terus-menerus mau diperlakukan seperti itu. Sekuat apapun dia, sebaik apapun, ketika rasa kecewa atas sebuah percaya menghampirinya maka akan seperti kembang api, menyala terang kemudian hilang. Ledakan kecewa itu seperti kembang api yang meluncur ke atas, terlihat sebentar lalu dia lenyap. Orang yang kecewa akan cenderung menghindari apa yang membuat mereka kecewa, ia tak mau kecewa lagi, sesederhana itu.
Saat kita mengecewakan seseorang anggap saja kali pertama, pada awalnya akan dimaklumi, tapi jika terus diulangi, bisa jadi dia lebih baik sendiri, berteman dengan sepi meski katanya sepi bisa membunuh, setidaknya dia tidak perlu terluka berkali-kali oleh perihal yang sama.
Orang yang sulit percaya pada orang lain adalah pada mulanya orang yang memiliki hati dengan kepercayaan bahwa semua orang itu baik (Rogerian sekali), kemudian orang-orang yang dia percaya mulai melakukan aksi, kasus pertama bisa dimaafkan (ayolah siapa di dunia ini yang tak pernah melakukan kesalahan), kasus kedua dimaafkan lagi (setiap orang berhak diberikan kesempatan kedua, ia meyakinkan dirinya) kasus ketiga terjadi lagi (dia masih yakin setiap orang akan punya masa untuk berubah), kasus keempat kelima (mulai bertanya bagaimana bisa orang melakukan ketidaksengajaan berulang kali) keenam ketujuh (mungkin sudah tabiatnya, susah dirubah, apalagi jika sangat percaya itu bawaan sejak lahir) kasus selanjutnya (dibiarkan saja, toh sudah kebiasaan) kekecewaan yang dipendam apalagi lukanya mendalam terus ditekan tak ingin ditunjukkan, semakin lama akan menjadi bom waktu, hanya menunggu waktu yang tepat dan sedikit pemicu maka "Boom!" Meledaklah berbagai macam rasa itu.
Setelah luapan kecewa itu meledak, dua kemungkinan yang akan dilakukannya, mengatakan yang terjadi atau langsung pergi begitu saja, yang jelas "kelar hidup loe!". Jangankan seperti yang dulu, kau masuk di hidupnya lagi bisa jadi tak ada tempat. Ayolah hidup kan tak melulu tentang kamu, banyak yang lainnya.
Orang-orang yang dia pernah percayai menyadarkannya bahwa tak semua orang bisa diberikan kepercayaan, tidak semua orang bisa menepati janji (mungkin mereka orang yang percaya bahwa janji dibuat untuk diingkari sama halnya dengan peraturan dibuat untuk dilanggar), setelah itu dia perlahan membangun sebuah pertahanan bagaimana caranya ia bisa terlindungi, ya dengan tidak mudah percaya pada orang lain.
Jadi, siapapun kita dan siapapun orang yang menaruh kepercayaan pada kita, sebisa mungkin jangan dikecewakan, percayalah menjadi orang yang sulit mempercayai orang lain tidak mudah, sama seperti para tukang perusak kepercayaan yang tak mudah untuk berubah.
Jika kau temukan seseorang yang kau percaya dan dia menjaga kepercayaanmu, maka jagalah ia seperti kau menjaga apa yang kau percayai selama ini. Hidup dibuat sederhana saja, bahagialah dengan orang yang ingin kau bahagiakan yang juga bisa membahagiakanmu, "saling" bukan berarti perhitungan tapi kebutuhan. Kebutuhan untuk keseimbangan. Karena sesuatu yang berlebihan tak pernah baik kan?
Seseorang berkata terkadang lebih baik kita tidak mempercayai atau dipercayai, dengan begitu tak ada yang merasa dikhianati, dilukai, dan dikecewakan atas percaya itu. :)
.
.
Sanam. 16.11.17
maasyaAllaah.. mantb mba psikolog..
BalasHapusTerima kasih, yuk baca tulisanku yg lain di blog, smoga suka dan mudahan tulisan saya bermanfaat. :)
Hapus