Cerita Luka Pada Rindu, 2017-2018

Assalamualaikum. Hallo, pembaca setia blogku. Apa kabar? Semoga baik-baik. InsyaAllah. Btw, sudah penghuni tahun saja ya. Tahun baruan kemana nih? Me? Sesuai pesan ibu negara, harus stay di kontrakan, tidak boleh ke mana-mana.

Postingan kali ini mau bahas buku kedua saya berjudul Cerita Luka Pada Rindu. Ah, dari judulnya sudah tahu kan ini tentang apa. Yaps, ini cerita tentang luka-luka pada rindu-rindu yang tetap ada meski sudah terluka. Harapannya dengan menceritakan luka-luka itu, si rindu tidak menuntut macam-macam.

Buku ini adalah kumpulan puisi, yes saya juga suka menulis puisi pemirsa, bukan hanya cerita pendek. Hehe. But, suka bukan berarti bisa melakukannya dengan luar biasa kan? Meski karya puisi saya banyak lolos event dan dibukukan dalam antalogi, bahkan pernah masuk 10 besar puisi terbaik di urutan 7 (lomba puisi tingkat Nasional, lomba via online) Tapi merasa masih belum bisa, masih belajar dan akan terus belajar.

Buku ini terbit bulan Juli juga teman-teman. Sudah lama ya, tapi baru bisa memperkenalkan ke khalayak blog saya. Wkwkwk. Sama seperti buku pertama saya, buku kedua ini juga terbit melalui self publishing. Because, susah mencari penerbit mayor yang mau menerima buku kumpulan cerpen atau kumpulan puisi, dan memang buku model ini kurang peminat di pasaran. Katanya bisa saja diterbitkan asal kita sudah punya nama besar (menurut sumber yang saya baca), and you know saya hanyalah remahan roti. 😂

But, its okay. Malah bagus kan ya saya menerbitkan sendiri, saya tidak menerima sakitnya penolakan. Sudah buat buku dengan berdarah-darah tapi tak dihiraukan kan sakit. Setidaknya puisi-puisi saya tidak sekedar jadi berkas usang di folder laptop saya yang sekarang sudah mulai error. Hihi
Meski peminat buku kedua saya ini tak sebanyak buku pertama saya, tapi saya senang, respon dari orang-orang yang membaca buku pertama saya adalah "bukunya bagus, buat baper." Yang cowok-cowok banyak loh yang baca.

Buku ini ada 5 tema besar, pertama Meramu Rindu, kedua Bicara Luka, ketiga Cerita Kita, lalu Takdir Getir dan yang terakhir Melepas Cemas. Ya, pada akhirnya di buku ini, setelah ceritakan luka pada rindu, bisa berserah diri kepada Yang Maha Segalanya. Melepas cemas akan sesuatu yang fana, cinta yang abadi hanya milik-Nya.

Saya sangat bahagia pada 2017, buku-buku saya bisa terbit. Meski tak wah dan wow, karena yang selalu saya katakan saya tidak mau jadi penulis terkenal (kalau memang terkenal ya Alhamdulillah, anggap bonus saja), saya ingin menjadi penulis yang menginspirasi orang melakukan hal baik dan positif untuk diri mereka dan sekitarnya. Alhamdulillah banyak adik-adik kelas saya mengirim pesan mengatakan "Kak, saya mau seperti kakak." Saya terharu dan berkaca-kaca, padahal di luar sana banyak sekali penulis yang lebih hebat, tapi mereka memilih mau menjadi seperti saya. So deep. :") Kata-kata mereka membuat saya terpacu dan terus menulis. InsyaAllah tahun depan saya akan merampungkan tulisan-tulisan saya dan semoga bisa terbit, boleh dong penerbit mayor melirik saya. Karena impian saya sejak kecil, buku saya bisa berjejer di rak toko buku. Kalau online mah sudah, di rak perpustakaan juga sudah. Tolong buat kalian yang membaca ini aminkan supaya tahun depan saya bisa menerbitkan di mayor. Doa yang diaminkan oleh 40 orang bisa  mengguncang langit, dan mau tidak mau akan dikabulkan.

Tahun 2017 banyak sekali hal-hal yang saya pelajari, yang kalau saya tulis disini tak akan muat. Mungkin nanti saya akan bercerita lagi. Banyak harapan yang saya buat untuk 2018 nanti, harapan-harapan itu saya gantungkan pada Yang Maha Segalanya karena Dia tak akan pernah membuat kita kecewa, jika harapan itu tak jadi nyata pasti akan diberikan hal lain sebagai gantinya.

Mau promosi sebentar boleh ya. Buat yang berminat dengan buku-buku saya, bisa silahkan hubungi saya. Jika tidak doakan agar buku-buku ini memberikan manfaat untuk banyak orang. Sebuah pusi dari buku Cerita Luka Pada Rindu.

Judul : Tawa Tangis
(Dalam bab Bicara Luka)

Keningku terasa panas
Harap dengan nyata tak selaras
Rindu kian tak teredam
Luka hati memahat lebam
Hujan mendatangkanmu sebagai kenangan
Hujan merubahku menjadi kesedihan
Menggigil aku kedinginan
Aku memeluk tubuhku sendirian
Pada dinding kamar aku berbicara
Menceritakan tentang kita yang pernah bersama
Serasa gila aku tertawa
Tertawa keras hinga menetes air mata
Menertawakan kebodohanku
Menangisi kepergianmu
Aku terus mengutuk bayanganku
Rupanya aku belum rela melepasmu

Eh iya, untuk mengakhiri tulisan ini saya ada sebuah kalimat penutup. Puisi adalah cara menyampaikan perasaan yang tak bisa diungkapkan dengan bicara, meski tak semua orang tahu dan mengerti pada siapa puisi itu menuju, yang pasti setiap puisi memiliki insipirasinya sendiri. ;)

With Love, Best Regard
Sanam
Wassalamu'alaikum.