Cerita Ephemera, Jatuh Cinta Pada Bacaan Pertama


Ephemera. Sebuah judul buku yang agak aneh, asing dan membuat saya menerka-nerka maknanya. Tapi, dari semua itu entah kenapa membuat saya tertarik dan penasaran, hingga mencari tahu dan semakin hari menjadi candu atas tulisan Ahimsa Azaleav. Awalnya, saya tidak tahu ada seorang penulis yang bernama Ahimsa Azaleav, pertama kali tahu sosoknya dari facebook. Waktu itu di beranda facebook, ada konten saran kiriman yang bisa disukai. Well, saat itu saya membaca salah satu tulisan Mbak Ahimsa yang berjudul PERTEMUAN dan saya pun langsung jatuh cinta. Jatuh sejatuh-jatuhnya. Kenapa? Karena setiap tulisannya, entah mengapa seperti mencerminkan perasaan saya. Perasaan-perasaan yang sulit diutarakan. Setelah itu saya pun menyukai halaman Mbak Ahimsa dan mengikuti tulisan-tulisannya, seringkali membagikan kirimannya yang sesuai dengan perasaan saya dan tulisan yang sangat menyentuh saya.

Ephemera pun saya mengenalnya dari halaman tersebut. Setiap hari di halaman tersebut ada kiriman penggalan-penggalan cerita dalam buku Ephemera. Menariknya, meski tidak semua cerita itu seperti cerita hidup saya, tapi saya sangat menyukai setiap bagiannya. Saat itu saya sedang patah hati, dibayangi sosok tidak jelas yang entah di mana sekarang, sosok dari masa lalu. Sebelum saya memutuskan untuk membeli buku Ephemera, saya mengajak seorang sahabat berdiskusi mengenai setiap penggelan cerita dari buku Ephemera, kesimpulan diskusi kami buku tersebut harus dibaca seutuhnya. Melihat komentar-komentar pembaca pada setiap penggelan cerita tersebut juga membuat saya semakin ingin memiliki buku Ephemera. Yang paling saya ingat ada seorang pembaca yang berkomentar bahwa setelah membaca buku Ephemera dia bisa bangkit dari keterpurukan perasaannya dan memanejemen hatinya menjadi lebih baik. Karena saya juga butuh pencerahan akan perasaan, saya pun  memesan buku ini di Lampu Djalan, cetakan kedua.

Ephemera yang saya ketahui maknanya yaitu tak ada yang abadi atau sementera (setelah mencari di mbah Google) dan saat pencarian itu saya juga menemukan lagu Letto yang berjudul sama. Saya bertanya-bertanya apakah buku Ephemera dan lagu Letto ada kaitannya? Ternyata benar, ada tokoh dalam buku Ephemera yang menyukai lagu Letto tersebut. Dari cover bukunya pun sangat menarik hati dengan kalimat “jatuh cinta dan patah hati hanya sementara”. Menekankan bahwa memang tak ada yang kekal dan abadi di dunia ini, sesejati apapun sebuah cinta pada akhirnya akan selesai juga.

Secara keseluruhan buku Ephemera sangat berkesan. Masing-masing cerita memiliki kekuatan tersendiri.  Mimpi Kita dengan cerita pelepesan satu mimpi yang sangat diinginkan demi mimpi yang lebih besar dan membahagiakan. Bumbu Cemburu yang menceritakan bagaimana seseorang mengatur perasaan cemburu menjadi lebih baik. Wisuda dengan cerita bahwa kita harus bisa memahami seseorang untuk bisa mendapatkannya, bukan sekedar tahu. Episode yang Terlewat mengajarkan agar segala kisah sebaiknya diperjelas dan dipertegas agar tak ada bagian yang terlewatkan nantinya. Bukan Tirani memberi pemahaman bahwa tidak ada kebaikan yang sia-sia, sekalipun orang lain tak menyukai kebaikan itu. Perasaan Kugy yang menjelaskan beda penulis beda tokoh dan jalan ceritanya, dan setiap cerita memiliki bagian masing-masing. Saya, Jatuh Cinta menegaskan bahwa jatuh cinta yang paling baik adalah jatuh cinta pada Allah. PHP My Story memberi pencerahan bahwa sebanyak apapun harapan yang diberikan lelaki jika kita tetap memegang erat hati kita agar tak malayang tentu tak ada kata PHP dalam cerita kita. Kata Mereka Ini Nyesek yang menjelaskan bahwa seharusnya kita tegas, suka tau tidak suka pada sesuatu atau seseorang. Langit yang mengingatkan saya pada seorang sahabat yang cepat sekali melayang karena harapan yang dipupuknya, dari cerita itu dia setidaknya tahu jangan cepat melayang dan selalu ingat daratan. Remidi Cinta yang memberikan pemahaman bahwa jika kita diuji dengan hal yang sama maka bisa jadi kita  belum berhasil, dan jika kita diuji dengan hal yang lebih besar itu menandakan kita akan naik level. Lupa yang mengajarkan bahwa apapun yang terjadi harus disyukuri karena setidaknya lupa ada untuk menghilangkan sakit. Sekotak Jendela Impian yang memberikan kita pandangan baru bahwa kita selalu bisa bermimpi, jika satu mimpi hilang maka akan ada mimpi lain yang datang. Foto menceritakan bahwa tidak semua hubungan yang ingin diperbaiki bisa pulih, terkadang kita harus berani pergi untuk melindungi diri. Kamu sajak yang menggambarkan bahwa memang tak mudah melepaskan, tapi ketika kita sudah melakukannya biarkan Allah yang meneruskannya. Ephemera, sepeerti judul buku ini menjelaskan bahwa semua hal yang ada di dunia ini sementara. Frekuensi yang menjelaskan bahwa dua orang bukan hanya harus sejalan dan searah tapi juga setujuan. Melewatkanmu yang menegaskan bahwa cinta butuh kepastian dan komitmen, bukannya tak terarah. Karena jatuh cinta dan patah hati hanya sementara, maka perasaan itu akan berganti, seperti siklus kita hanya perlu menunggu watu membawa kita pada satu rasa yang tak sementera, rasa yang diridhoi Allah.

Namun, yang paling berkesan dan sangat membekas adalah Perasaan Kugy,  Frekuensi dan Melewatkanmu. Tiga cerita ini saya pilih bukan karena itu yang terjadi pada saya, tapi lebih kepada jalan cerita dan konteksnya. Entah sudah berapa lama setelah membaca buku ephemera tiga cerita tersebut masih teringat sangat jelas. Perasaan Kugy, saya sangat suka sekali dengan Perahu Kertas karya Dewi Lestari tersebut, bahkan saya dengan seorang sahabat menobatkan diri sebagai Agen Neptunus, dan sering bertanya-bertanya kenapa Kugy dan Keenan harus melewati waktu yang lama untuk bersatu. Kalau saja mereka berdua bisa saling jujur dari awal, Luhde dan Remi tidak perlu terluka juga. Tapi setelah membaca Ephemera bagian Perasaan Kugy ini saya megerti, ya memang jika Keenan dari awal tegas dengan perasaanya maka bukan Perahu Kertas namanya, bisa jadi ceritanya akan klise dan monoton bahkan pasaran. Karena pertarungan waktu itulah kisah Kugy dan Keenan menjadi istimewa. Frekuensi, satu kata untu cerita ini, KEREN! Tesla dan Galang yang dipertemukan dalam acara resepsi dan satu frekuensi. Cerita mereka berdua membuat saya memiliki pandangan baru tentang sosok lelaki, bagaimana sosok Galang yang begitu kuat karakternya, sampai-sampai saya berangan bisa mendapatkan laki-laki sepertinya. Yang tidak terlupakan adalah ketika Tesla di pantai Gondoria dan ternyata di sana ada Galang, wow hal itu membuktikan bahwa jika dua orang memang ditakdirkan bertemu maka mereka akan bertemu di mana pun mereka berada. Terlebih saat membaca proposal proyek yang ternyata adalah lamaran pernikahan. Jadi dari sosok Galang, saya belajar bahwa laki-laki jika dia benar-benar mencintai sepenuh hati maka dia tak akan mengajak kita dalam hubungan yang tak jelas seperti pacaran, tapi akan langsung menuju pernikahan. Tesla akhirnya mendapatkan ending bahagia setelah terus tersakiti oleh perasaannya kepada Hansa. Kemudian Melewatkanmu, saya sangat mengapresiasi cerita ini, biasanya dalam sebuah cerita, penulis fokus pada tokoh tertentu, jarang menceritakan apa yang terjadi pada sosok yang hilang dari cerita, dan hal tersebut membuat para pembaca bertanya-tanya bagaimana sebenarnya perasaan si tokoh x. Dan cerita ini menunjukkan bahwa sebenarnya Hansa sangatlah mencintainya Tesla, hanya saja seperti kebanyakan lelaki di dunia ini dia terlalu percaya diri bahwa Tesla tidak akan berpindah hati darinya, hal itu membuatnya mengulur-ulur waktu  membuat hubungan mereka tak jelas dan ya pada akhirnya dia melewatkan Tesla, cocok sekali si Hansa dengar lagunya Sheila On 7 Yang Terlewatkan,. Tapi jika dari awal Hansa sudah tegas pasti beda ceritanya kan? Maka tak ada sosok Galang, atau bisa saja meski Hansa tidak tegas kemudian datag Galang tapi akhirnya Tesla tetap dengan Hansa maka ceritanya terkesan seperti Kugy dan Keenan kan? yah kita sedang mencari kisah cinta yang tak pasaran, berbeda dari yang lainnya.

Cerita-cerita dari buku ini memberi pelajaran bahwa tak ada yang terjadi tanpa sebuah alasan, dan skenario terbaik datangnya dari Allah SWT. Setelah saya selesai membaca buku ini, saya mulai bisa melepaskan dengan rumus hilang+ikhlas=kembali. Bukan berharap dia yang pergi yang kembali, tapi seseorang yang memang ditakdirkan bersama saya, yang kembali adalah perasaan dan harapan nyata akan kebahagiaan, tak lagi sendirian. Ada beberapa kutipan favorit saya.

“Hanya karena cerita kita berbeda dengan cerita orang lain, bukan berarti kita tidak bisa sama bahagianya seperti bahagianya orang tersebut.” (Wisuda) ya, setiap cerita memiliki cara bahagia yang berbeda dan tentunya porsinya sudah diatur Dia Sang Maha Pengatur.
“Hilang + ikhlas = kembali. Entah dengan bentuk yang sama atau bahkan lebih baik.” (PHPMyStory)
“Aku tak melarangmu jatuh cinta. Tapi jika jatuh cinta bisa membuatmu terbang, berharap penuh angan, padahal semuanya sebenarnya biasa saja, lebih baik engkau kelola  perasaanmu lagi. Tanyakan lagi, apa benar itu jatuh cinta, kagum yang berlebihan, atau apa? Sementara dia yang katanya kau ‘jatuhi’ cinta sama sekali bukan (belum) jadi siapa-siapamu. Kembalilah. Jangan terbang terlalu tinggi.” (Saya, Jatuh Cinta)
“Mentang-mentang kamu suka, jangan lantas menafsirkan bahwa apa pun sikapnya padamu adalah bentuk respons untuk perasaanmu. Ingat rumusnya kamu boleh menatap langit tapi tak perlu melayang-layang di langit. Nanti jatuh. Bahasa lugasnya, kamu boleh punya rasa gila itu, entah kamu sebut cinta atau apa pun. Tapi nikmati saja rasa itu sendiri. Kamu boleh menikmati perasaaanmu, tapi jangan pernah membiarkan harapan tumbuh sedikitpun. Nanti kamu berangan. Lalu kecewa jika anganmu tak sesuai.” (Langit)
”Aku masih bersyukur karena menyadari bahwa hidup masih terus berjalan tanpamu.” (Foto)
“Hati harus diajari untuk mandiri dan terbuka. Well now, kalau bukan kita sendiri yang mengendalikan hati kita, lalu siapa? Apa iya kita berbuat zalim pada diri sendiri dengan terus menunggu yang tak pasti? Toh, Tuhan selalu punya cara untuk mengisi nama di hati kita. Jadi, baginya, tindakan itu sama saja dengan menutup hati. Kalau kita seakan-akan terus tidak menyerah di satu titik yang sudah pasang pagar menolak kita, apa iya kita harus terus menunggu?” (Kata Mereka Ini Nyesek)
“Karena bangkit dari patah hati adalah sebagian dari iman.” (Ephemera)
“Kalaulah muara cinta bukan Sang Penata Hati, penyesalan yang bagaimana yang akan didera oleh jiwa-jiwa melankolis? Yang berjuang atas nama kesetiaan tapi roboh oleh tulisan takdir. Yang selalu mencintai bahkan ketika luka menjadi sahabat.yang melepaskan karena kedalaman cinta itu sendiri. Jika cinta sepenuhnya adalah energi, cinta hanya berubah menjadi samudera ikhlas setelah kata melepaskan menjadi keniscayaan cinta.” (Karena Jatuh Cinta dan Patah Hati Hanya Sementara)

Setelah semua cerita di buku Ephemera selesai saya baca, Diagnosa sangat menarik hati. Bahkan hanya membaca penggalannya saja membuat saya tertawa terpingkal-pingkal karena virus itu, dan ya entah mengapa dua tokoh tersebut membuat saya mengingat sesuatu yang istimewa. Tak sabar menunggu Diagnosa alias Teka-Teki Rasa. Terima kasih Mbak Ahimsa, by the way awalnya saya pikir penulisnya seorang laki-laki loh. Hehe

Saya selalu menunggu karya-karya Mbak!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jika Besok Aku Mati~

Mempercayai atau Dipercaya?

Cinta Ala Zulaikha