Good boy, good bye!

Nus, ini tulisan ke sekian. Rasanya memang harus pamit. Toh dia juga sudah pamit. Ya, dia pergi jauh. Tapi aku harus lebih tangguh. Nus, meski patah dan kalah, aku takkan menyerah. Melanjutkan mimpi tanpa imaji tentang hatinya yang menepi untuk kurindui.

Tubuh saling bersandar
Ke arah mata angin berbeda
Kau menunggu datangnya malam
Saat kumenanti fajar

Nus, seperti cerita yang sebelumnya. Cara kami melihat dunia sangatlah berbeda. Aku yang memakai prinsip "pasrah" sedang dia "tak mau kalah". Aku menerima segala takdir yang terjadi meski berdarah dan berduri. Sedang dia berambisi, mewujudkan apapun mimpi yang ia jadikan kunci hidupnya yang penuh misteri. Aku yang cukup bangga dengan apa yang aku punya, sedangkan dia bahagia dengan meraih apa yang telah lama ingin ia raih. Aku yang selalu berkata "cukup", dia yang berkata "coba lagi". Pernah sejalan, tapi tak searah apalagi setujuan.

Sudah coba berbagai cara
Agar kita tetap bersama
Yang tersisa dari kisah ini
Hanya kau takut kuhilang

Aku mencoba memberanikan diri, mengambi langkah kaki terlebih dulu mengikuti hati. Tapi apa yang kudapat? Kenyataan bahwa kehilangan selalu menyakitkan meski sebenarnya tak pernah memiliki. Ah, jadi sebenarnya ini bukanlah kehilangan, karena sejatinya aku tak memiliki apapun, termasuk dia dan segala tentangnya. Aku yang takut kehilangan, kehilangan sesuatu yang bahkan tak berani kuimpikan menjadi milikku.

Perdebatan apapun menuju kata pisah
Jangan paksakan genggamanmu

Aku tak ingin mendebatnya, yang semula berkata tak akan pergi karena senang di sini, namun akhirnya aku tahu dia berlalu begitu mudahnya tanpa sepatah kata. Naasnya, aku tahu dia pergi saat kepergiannya telah terjadi. Aku tak berhak marah, kecewa ataupun menahanya di sini, di sisiku. Untuk apa? Untuk apa menahan seseorang yang sudah tak bisa bertahan, karena aku percaya jika dia memang ingin tinggal sekalipun aku menyuruhnya pergi, dia takkan pernah pergi.

Izinkan aku pergi dulu
Yang berubah hanya
Tak lagi kumilikmu
Kau masih bisa melihatku
Kau harus percaya
Kutetap teman baikmu

Aku mengizinkannya, meski sebenarnya dia tak butuh izinku. Dia bukan milikku. Aku tahu diri, tahu posisi. Aku bukan siapa-siapa untuknya. Tak ada yang berubah dalam kisah ini. Aku tetap pemeran pembantu. Begitu seterusnya. Aku tahu, sangat tahu bahwa aku tak lagi punya alasan melihatnya, sekalipun dari jarak yang cukup jauh. Dan tentu saja begitu banyak orang yang ada di dekatnya, akan mengahapusku dari kontaknya, chatnya, dan daftar temannya.

Sudah coba berbagai cara
Agar kita tetap bersama
Yang tersisa dari kisah ini
Hanya kau takut kuhilang

Aku sudah berusaha, setidaknya sekalipun perpisahan benar terjadi kita bisa tetap saling mengabari. Tapi apalah daya, seiring kepergianmu tak ada lagi ruang untukku. Hilang, kamu benar-benar hilang. Yang aku takutkan menjadi kenyataan.

Perdebatan apapun menuju kata pisah
Jangan paksakan genggamanmu

Aku sadar Nus, apapun yang aku lakukan takkan merubahnya. Semua sudah terjadi, selain bangkit kembali tak ada hal lain yang lebih baik yang harus dilakukan kan? Memang segalanya hampir ada pada genggaman, tapi terlepas begitu saja. Aku tak sekuat itu memperjuangkannya kembali, jadi kali ini aku melepaskannya sungguhan.

Yang berubah hanya
Tak lagi kumilikmu
Kau harus percaya
Kutetap teman baikmu

Sama seperti dia, seiring berjalannya waktu aku pun akan berubah. Entah aku, hatiku dan juga perasaanku. Semua itu pasti berubah. Ya, ini hanya soal waktu. Jarak yang ada akan memperlebar kemudian memusnahkan kita. Meski aku percaya, sosok sepertinya adalah edisi terbatas. Satu-satunya, mungkin. Tak ada yang segila, selucu dan senyaman dia. Seperti kopi, pahit memang tapi hangat dan menenangkan.

Izinkan aku pergi dulu
Yang berubah hanya
Tak lagi kumilikmu
Kau masih bisa melihatku
Kau harus percaya
Kutetap teman baikmu

Kali ini pun aku harus ucapkan selamat tinggal kan? Aku bukan lagi pengagum beratmu. Kau akan selalu menjadi sosok yang tak bisa kumiliki. Meski katanya kita bisa tetap berteman baik, aku lebih memilih hilang. Hilang dari duniamu, seperti kau hilang dari duniaku. Bahkan menjadi pemeran pendukung dalam kisahmu, aku sudah tak pantas lagi. Kamu semakin jauh melangkah, ah bukan melangkah tapi kau terbang. Bagaimana bisa aku mensejajarkan diri denganmu? Jika sayapku telah patah berulang kali karena kecerobohanku terbang terlampau jauh, kemudian jatuh dan aku merapuh. Kau pasti akn temukan teman terbaikmu, dan aku juga begitu. Kita memang seperti dua garis sejajar sama panjang yang takkan pernah bertemu. Semoga bahagia selalu. Aku pergi dulu. Ah maksudnya aku pergi stelah kepergianmu yang lebih dulu. Pada akhirnya, aku selalu menjadi yang ditinggalkan.

Nus, aku pamit ya. Perahuku ini pun tak sanggup menepi di pantai mu. Hancur terhempas ombak di laut lepas. Nus, aku tak yakin bisa berlayar lagi. Jadi, sampai di sini kisah ini. Tapi tenang saja, aku akan tetap berkunjung ke lautmu Nus. Bye.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jika Besok Aku Mati~

Mempercayai atau Dipercaya?

Cinta Ala Zulaikha