Penantian Paling Mendebarkan
Assalamualaikum Wr Wb
Apa kabar sahabat readers sekalian? Semoga kita semua dalam perlindungan Dia Sang Maha Pelindung. Hari ini tulisan saya akan berbicara tentang penantian. Kenapa? Karena saya sedang dalam penantian. Tapi jangan dibahas, nanti tulisan ini berbau curhat lagi.
Setiap orang tentu pernah menjalani penantian, entah lama ataupun sebentar saja. Tapi, yang pasti selalu saja penantian membuat perasaan kita menjadi tak tahu rasa, ya saking banyak hal yang kita rasa membuat kita bingung apa yang sebenarnya kita rasa. Dan, kabarnya semakin kita menginginkan sesuatu atau seseorang selama apapun penantian itu, kita tetap mau menurutinya. Ya, memang penantian berkaitan erat dengan apa yang kita nanti. Jika sesuatu itu sangatlah berharga, kita akan melakukan apa saja kan? Hai, ayolah penantian bukan berpangku tangan saja. Selama kita menantikan sesuatu kitapun juga harus melakukan sesuatu, agar sesuatu itu bisa didapatkan, sehingga waktu yang terbuang dalam penantian tak sia-sia. Kalaupun kita tak mendapatkannya juga, setidaknya kita pernah mencoba melakukan segala yang kita bisa.
Penantian. Setiap orang memiliki cerita masing-masing tentang penantian. Ada yang menantikan si pujaan hati, ada yang menantikan tercapainya mimpi-mimpi, ada yang menantikan terbitnya matahari pagi, ada yang menantikan kapan naik haji, ada yang menantikan buah hati hingga ada yang menantikan waktu mati. Ya, setiap orang memiliki penantian yang berbeda. Dan setiap cerita punya jalannya, aturan mainnya. Tak semua penantian berakhir bahagia, tapi yang jelas setiap penantian memiliki pelajaran yang tak akan bisa didapatkan dan ditemukan di tempat lain. Dan, hanya mereka yang kuat dam sangguplah yang mampu melakukan penantian.
Pada mulanya, saya berpikir bahwa penantian paling menyakitkan adalah menantikan seseorang yang begitu kita inginkan tapi dia tak menginginkan kita juga. Seiring berjalannya waktu, saya belajar satu hal, peenantian yang paling mendebarkan adalah penantian menjadi seorang ibu. Kenapa saya mengatakan itu? Dari sebuah cerita pendek yang saya tulis berjudul Kereta Menuju Syurga, di sana ada sebuah kalimat yang menggoyahkan pandangan saya, bahwa setiap orang pernah menjadi anak tapi tidak semua orang bisa menjadi orang tua. Orang tua dalam hal ini berarti memiliki anak. Bahwasanya tak semua orang berkesempatan dan dikehendaki oleh-Nya menjadi orang tua, terlebih seorang ibu.
Kita seringkali mendengar bahwa seorang wanita belumlah sempurna menjadi seorang wanita jika belum menjadi seorang ibu. Coba bayangkan berapa wanita yang meneteskan air mata saat membaca kalimat tadi? Pernahkah terbayang sedikit saja dalam pikiran kita, bagaimana seandainya kalimat tadi merujuk pada kita, akankah kita sanggup menegakkan badan lagi? Memandang segalanya baik-baik saja seperti sedia kala? Tentu tidak semua dari kita bisa merasakan hal yang sama, karena kita tak akan pernah tahu apa yang dirasakan orang lain pada waktu tertentu sebelum kita ada pada waktu tertentu itu juga.
Penantian menjadi seorang ibu, tidaklah main-main. Seorang wanita yang sudah menikah, selalu dituntut untuk memberikan yang terbaik bagi keluarganya. Memiliki anak menjadi salah satu sumber kebahagiaan bagi keluarga. Tak heran, mereka selalu ditodong dengan pertanyaan "kapan punya anak?" jika belum mempunyai anak. Ya, bagi yang tak mau punya anak tentu saja adem ayem, masa bodoh dengan pertanyaan tadi. Lalu bagaimana dengan yang memiliki keinginan untuk punya anak? SAKIT. Mungkin, rasanya sama seperti orang yang sudah agak berumur ditanya kapan nikah. Saya pakai kata mungkin, karena saya belum mengalami. HEHE
Tapi saya mencoba memposisikan diri saya seperti itu.
Bukankah semua hal yang terjadi di dunia ini adalah rencana-Nya, kehendak dan kuasa-Nya? Lalu mengapa kita harus sibuk mengurus sesuatu yang sudah pasti hingga menyakiki hati orang lain. Kita selalu saja ingin diperlakukan baik oleh orang lain, tapi kita seringkali lupa memperlakukan orang lain dengan baik, misalnya bertanya kapan nikah, kapan punya anak. Salah satu untuk membungkam orang-orang yang asyik bertanya tentang anak, jodoh dan sesuatu yang menyakitkan hati yaitu tanya kapan dia mati. Sudah dijelaskan berulangkali kan lahir, mati, jodoh dan rizki sudah ditentukan, kita hanya bisa berikhtiar saja.
Berbicara mengenai ikhtiar, mereka calon ibu juga melakukan usaha yang tak bisa kita kira, agar bagaimana caranya mereka bisa menjadi seorang ibu. Tentu bagi mereka yang cepat memiliki anak, tidaklah terlalu risau dengan lamanya menunggu agar hamil, tapi tetap saja mereka menantikan bayi mereka lahir. Selama 9 bulan 10 hari jika normal, selama itu mereka mempersiapkan segala sesuatunya, bahkan tak jarang mereka cemas dan gelisah bagaimana anaknya nanti setelah lahir, apakah sehat lalu bisa lahir dengan normal, kemudian segala pertanyaan tentang anak tadi. Terlebih lagi jika terjadi kelainan atau gangguan saat hamil, maka penantian mereka akan semakin merisaukan, rasa takut yang kian tumbuh, takut si buah hati dalam bahaya. Bahkan sebelum lahir, bagi seorang ibu nyawa bayinya tetap lebih berharga dari nyawanya sendiri. Saat darurat, jika mereka harus memutuskan menyelamatkan satu nyawa dalam proses kelahiran, ibu selalu memiih menyelamatkan bayinya, rela mengorbankan nyawanya demi buah hati tercinta.
Lalu bagaimana dengan yang belum menjadi ibu, tapi sangat menantikan hari dimana ia menjadi ibu? Saya mengenal seseorang yang seperti ini. Darinya saya belajar arti ketulusan, kesabaran, dan keteguhah, serta keikhlasan. Dia sosok wanita yang kuat dan tegar, selama 7 tahun selalu melakukan yang terbaik semaksimal mungkin, bagi semua orang yang ada di sekitarnya. Dia selalu sabar atas pertanyaan yang mengarah pada satu hal yaitu "anak" dan dia selalu tersenyum sembari berkata belum dikehendaki Allah, siapa yang tahu ada luka menganga di hatinya, yang setiap hari digores orang-orang dengan pertanyaan yang sama. Darinya juga saya belajar, bahwa penantian sesungguhnya bukanlah berpangku tangan, menunggu keajaiban datang, sejatinya keajaiban itu diciptakan dengan usaha keras dan doa yang tak ada putusnya. Dia melakukan segala cara agar bisa menjadi seorang ibu, keikhlasan menerima skenario dari Allah bahwa jalannya untuk bertemu buah hati harus ditempuh dalam waktu yang lama kini berbuah manis. Dalam rahimnya kini ada seorang bayi, sebagai hadiah terbaik dan terindah dari Allah untuknya. Dia adalah kakak saya, semoga dia selalu dalam lindungan Allah, kehamilannya menjadi berkah, bayinya sehat dan menjadi anak yang sholeh dan sholeha, anak yang akan menjadi penerus ilmu dan bermanfaat bagi nusa bangsa serta agamanya. Amin Allahummaamin. (Readers tolong doakan kakak saya ya, semoga doa terbaik yang diucapkan kembali juga pada kita semua)
Setelah sekian lama, dengan berbagai cara yang ditempuh, kabar baik itu datang. Akan hadir anggota baru ditengah keluarga kami. Semua itu terjadi tiba-tiba, tak terduga, sebuah kejutan. Allah selalu memberikan sesuatu kepada kita dengan cara mengagumkan. Ya, itulah sebabnya kita tak bisa mendahului skenario yang telah diatur-Nya dengan segala keterbatasan kita. Tak usah berprasangka bahwa apa yang kita inginkan tak tercapai, ingat, selalu ingat, jika tidak sekarang sesuatu itu kita dapatkan mungkin saja nanti disaat yang tepat dan kalaupun sesuatu itu tak kita dapatkan tentu akan diganti dengan yang lebih baik.
Saya jadi mengingat kisah Sarah istri dari Nabi Ibrahim, dalam penantiannya yang panjang selama puluhan tahun, akhirnya Allah memberikannya seorang anak yang yang menjadi salah satuutusan Allah dalam menyebarkan agama Allah, yang namanya dibicarakan hingga kini, menjadi teladan dan namanya diabadikan dalam kitab suci. Ya, mungkin kakak-kakak saya sepasang suami istri yang tidak sekuat Sarah, dan juga bukanlah Ibrahim yang begitu taat pada Rabb-Nya, tapi setidaknya mereka mencoba menjadi hamba yang benar-benar ingin berserah pada-Nya Yang Maha Segalanya. Hingga diujung penantian yang tak mudah dan pasti mebuat mereka lelah, hasilnya tak sia-sia, selalu ada bahagia pada setiap kejadian yang memilukan, dengan penerimaan atas semua aturan main-Nya harapan dan keinginan itu telah sampai pada muaranya. Setiap doa yang mereka oanjatkan dalam kurun 7 tahun telah membangun tangga-tanga tinggi satu persatu menjuntai ke langit, hingga doa yang mereka ucap lirih saat sujud tak lagi memiliki jarak dengan langit. Doa-doa mereka telah mengetuk langit, menggetarkan bumi.
Semoga kebahagiaan selalu mnyertai mereka yang tak menyerah pada kisah yang telah digariskan Tuhan, tak berputus asa atas semua cerita yang harus dijalaninya, selalu ikhlas dan sabar dalam menyikapi setiap potongan penantian, entah apapun yang dinantikan. Sesakit apapun jalan yang harus dilalui, percayalah selalu ada imbalan diujungnya. Selama penantian disertai dengan doa, usaha, ikhtiar serta tawakkal, maka tak ada yang sia-sia. Allah selalu bersama orang-orang yang sabar, dan Allah takkan meninggalkan hamba-Nya yang memohon pertolongan-Nya. Hanya Allah satu-satunya tenpat kita berharap dan bergantung, karena hanya Dia yang tak akan pernah membuat kita kecewa. Setiap kejadian yang kita lewati selalu tersimpan alasan sekalipun kejadian itu begitu menyakitkan, meyedihkan dan mengahncurkan perasaan. Selalu percaya, bahwa pada akhirnya kita bisa tersenyum bahagia dengan perasaan lega. Bukankah tak ada yang abadi di dunia? Maka kesedihan tak akan ada selamanya. Kebahagiaan akan datang pada mereka yang mendambakan dan berusaha untuk bahagia. Tentu saja dengan cara yang diridhoi-Nya.
With Love
Canah
Apa kabar sahabat readers sekalian? Semoga kita semua dalam perlindungan Dia Sang Maha Pelindung. Hari ini tulisan saya akan berbicara tentang penantian. Kenapa? Karena saya sedang dalam penantian. Tapi jangan dibahas, nanti tulisan ini berbau curhat lagi.
Setiap orang tentu pernah menjalani penantian, entah lama ataupun sebentar saja. Tapi, yang pasti selalu saja penantian membuat perasaan kita menjadi tak tahu rasa, ya saking banyak hal yang kita rasa membuat kita bingung apa yang sebenarnya kita rasa. Dan, kabarnya semakin kita menginginkan sesuatu atau seseorang selama apapun penantian itu, kita tetap mau menurutinya. Ya, memang penantian berkaitan erat dengan apa yang kita nanti. Jika sesuatu itu sangatlah berharga, kita akan melakukan apa saja kan? Hai, ayolah penantian bukan berpangku tangan saja. Selama kita menantikan sesuatu kitapun juga harus melakukan sesuatu, agar sesuatu itu bisa didapatkan, sehingga waktu yang terbuang dalam penantian tak sia-sia. Kalaupun kita tak mendapatkannya juga, setidaknya kita pernah mencoba melakukan segala yang kita bisa.
Penantian. Setiap orang memiliki cerita masing-masing tentang penantian. Ada yang menantikan si pujaan hati, ada yang menantikan tercapainya mimpi-mimpi, ada yang menantikan terbitnya matahari pagi, ada yang menantikan kapan naik haji, ada yang menantikan buah hati hingga ada yang menantikan waktu mati. Ya, setiap orang memiliki penantian yang berbeda. Dan setiap cerita punya jalannya, aturan mainnya. Tak semua penantian berakhir bahagia, tapi yang jelas setiap penantian memiliki pelajaran yang tak akan bisa didapatkan dan ditemukan di tempat lain. Dan, hanya mereka yang kuat dam sangguplah yang mampu melakukan penantian.
Pada mulanya, saya berpikir bahwa penantian paling menyakitkan adalah menantikan seseorang yang begitu kita inginkan tapi dia tak menginginkan kita juga. Seiring berjalannya waktu, saya belajar satu hal, peenantian yang paling mendebarkan adalah penantian menjadi seorang ibu. Kenapa saya mengatakan itu? Dari sebuah cerita pendek yang saya tulis berjudul Kereta Menuju Syurga, di sana ada sebuah kalimat yang menggoyahkan pandangan saya, bahwa setiap orang pernah menjadi anak tapi tidak semua orang bisa menjadi orang tua. Orang tua dalam hal ini berarti memiliki anak. Bahwasanya tak semua orang berkesempatan dan dikehendaki oleh-Nya menjadi orang tua, terlebih seorang ibu.
Kita seringkali mendengar bahwa seorang wanita belumlah sempurna menjadi seorang wanita jika belum menjadi seorang ibu. Coba bayangkan berapa wanita yang meneteskan air mata saat membaca kalimat tadi? Pernahkah terbayang sedikit saja dalam pikiran kita, bagaimana seandainya kalimat tadi merujuk pada kita, akankah kita sanggup menegakkan badan lagi? Memandang segalanya baik-baik saja seperti sedia kala? Tentu tidak semua dari kita bisa merasakan hal yang sama, karena kita tak akan pernah tahu apa yang dirasakan orang lain pada waktu tertentu sebelum kita ada pada waktu tertentu itu juga.
Penantian menjadi seorang ibu, tidaklah main-main. Seorang wanita yang sudah menikah, selalu dituntut untuk memberikan yang terbaik bagi keluarganya. Memiliki anak menjadi salah satu sumber kebahagiaan bagi keluarga. Tak heran, mereka selalu ditodong dengan pertanyaan "kapan punya anak?" jika belum mempunyai anak. Ya, bagi yang tak mau punya anak tentu saja adem ayem, masa bodoh dengan pertanyaan tadi. Lalu bagaimana dengan yang memiliki keinginan untuk punya anak? SAKIT. Mungkin, rasanya sama seperti orang yang sudah agak berumur ditanya kapan nikah. Saya pakai kata mungkin, karena saya belum mengalami. HEHE
Tapi saya mencoba memposisikan diri saya seperti itu.
Bukankah semua hal yang terjadi di dunia ini adalah rencana-Nya, kehendak dan kuasa-Nya? Lalu mengapa kita harus sibuk mengurus sesuatu yang sudah pasti hingga menyakiki hati orang lain. Kita selalu saja ingin diperlakukan baik oleh orang lain, tapi kita seringkali lupa memperlakukan orang lain dengan baik, misalnya bertanya kapan nikah, kapan punya anak. Salah satu untuk membungkam orang-orang yang asyik bertanya tentang anak, jodoh dan sesuatu yang menyakitkan hati yaitu tanya kapan dia mati. Sudah dijelaskan berulangkali kan lahir, mati, jodoh dan rizki sudah ditentukan, kita hanya bisa berikhtiar saja.
Berbicara mengenai ikhtiar, mereka calon ibu juga melakukan usaha yang tak bisa kita kira, agar bagaimana caranya mereka bisa menjadi seorang ibu. Tentu bagi mereka yang cepat memiliki anak, tidaklah terlalu risau dengan lamanya menunggu agar hamil, tapi tetap saja mereka menantikan bayi mereka lahir. Selama 9 bulan 10 hari jika normal, selama itu mereka mempersiapkan segala sesuatunya, bahkan tak jarang mereka cemas dan gelisah bagaimana anaknya nanti setelah lahir, apakah sehat lalu bisa lahir dengan normal, kemudian segala pertanyaan tentang anak tadi. Terlebih lagi jika terjadi kelainan atau gangguan saat hamil, maka penantian mereka akan semakin merisaukan, rasa takut yang kian tumbuh, takut si buah hati dalam bahaya. Bahkan sebelum lahir, bagi seorang ibu nyawa bayinya tetap lebih berharga dari nyawanya sendiri. Saat darurat, jika mereka harus memutuskan menyelamatkan satu nyawa dalam proses kelahiran, ibu selalu memiih menyelamatkan bayinya, rela mengorbankan nyawanya demi buah hati tercinta.
Lalu bagaimana dengan yang belum menjadi ibu, tapi sangat menantikan hari dimana ia menjadi ibu? Saya mengenal seseorang yang seperti ini. Darinya saya belajar arti ketulusan, kesabaran, dan keteguhah, serta keikhlasan. Dia sosok wanita yang kuat dan tegar, selama 7 tahun selalu melakukan yang terbaik semaksimal mungkin, bagi semua orang yang ada di sekitarnya. Dia selalu sabar atas pertanyaan yang mengarah pada satu hal yaitu "anak" dan dia selalu tersenyum sembari berkata belum dikehendaki Allah, siapa yang tahu ada luka menganga di hatinya, yang setiap hari digores orang-orang dengan pertanyaan yang sama. Darinya juga saya belajar, bahwa penantian sesungguhnya bukanlah berpangku tangan, menunggu keajaiban datang, sejatinya keajaiban itu diciptakan dengan usaha keras dan doa yang tak ada putusnya. Dia melakukan segala cara agar bisa menjadi seorang ibu, keikhlasan menerima skenario dari Allah bahwa jalannya untuk bertemu buah hati harus ditempuh dalam waktu yang lama kini berbuah manis. Dalam rahimnya kini ada seorang bayi, sebagai hadiah terbaik dan terindah dari Allah untuknya. Dia adalah kakak saya, semoga dia selalu dalam lindungan Allah, kehamilannya menjadi berkah, bayinya sehat dan menjadi anak yang sholeh dan sholeha, anak yang akan menjadi penerus ilmu dan bermanfaat bagi nusa bangsa serta agamanya. Amin Allahummaamin. (Readers tolong doakan kakak saya ya, semoga doa terbaik yang diucapkan kembali juga pada kita semua)
Setelah sekian lama, dengan berbagai cara yang ditempuh, kabar baik itu datang. Akan hadir anggota baru ditengah keluarga kami. Semua itu terjadi tiba-tiba, tak terduga, sebuah kejutan. Allah selalu memberikan sesuatu kepada kita dengan cara mengagumkan. Ya, itulah sebabnya kita tak bisa mendahului skenario yang telah diatur-Nya dengan segala keterbatasan kita. Tak usah berprasangka bahwa apa yang kita inginkan tak tercapai, ingat, selalu ingat, jika tidak sekarang sesuatu itu kita dapatkan mungkin saja nanti disaat yang tepat dan kalaupun sesuatu itu tak kita dapatkan tentu akan diganti dengan yang lebih baik.
Saya jadi mengingat kisah Sarah istri dari Nabi Ibrahim, dalam penantiannya yang panjang selama puluhan tahun, akhirnya Allah memberikannya seorang anak yang yang menjadi salah satuutusan Allah dalam menyebarkan agama Allah, yang namanya dibicarakan hingga kini, menjadi teladan dan namanya diabadikan dalam kitab suci. Ya, mungkin kakak-kakak saya sepasang suami istri yang tidak sekuat Sarah, dan juga bukanlah Ibrahim yang begitu taat pada Rabb-Nya, tapi setidaknya mereka mencoba menjadi hamba yang benar-benar ingin berserah pada-Nya Yang Maha Segalanya. Hingga diujung penantian yang tak mudah dan pasti mebuat mereka lelah, hasilnya tak sia-sia, selalu ada bahagia pada setiap kejadian yang memilukan, dengan penerimaan atas semua aturan main-Nya harapan dan keinginan itu telah sampai pada muaranya. Setiap doa yang mereka oanjatkan dalam kurun 7 tahun telah membangun tangga-tanga tinggi satu persatu menjuntai ke langit, hingga doa yang mereka ucap lirih saat sujud tak lagi memiliki jarak dengan langit. Doa-doa mereka telah mengetuk langit, menggetarkan bumi.
Semoga kebahagiaan selalu mnyertai mereka yang tak menyerah pada kisah yang telah digariskan Tuhan, tak berputus asa atas semua cerita yang harus dijalaninya, selalu ikhlas dan sabar dalam menyikapi setiap potongan penantian, entah apapun yang dinantikan. Sesakit apapun jalan yang harus dilalui, percayalah selalu ada imbalan diujungnya. Selama penantian disertai dengan doa, usaha, ikhtiar serta tawakkal, maka tak ada yang sia-sia. Allah selalu bersama orang-orang yang sabar, dan Allah takkan meninggalkan hamba-Nya yang memohon pertolongan-Nya. Hanya Allah satu-satunya tenpat kita berharap dan bergantung, karena hanya Dia yang tak akan pernah membuat kita kecewa. Setiap kejadian yang kita lewati selalu tersimpan alasan sekalipun kejadian itu begitu menyakitkan, meyedihkan dan mengahncurkan perasaan. Selalu percaya, bahwa pada akhirnya kita bisa tersenyum bahagia dengan perasaan lega. Bukankah tak ada yang abadi di dunia? Maka kesedihan tak akan ada selamanya. Kebahagiaan akan datang pada mereka yang mendambakan dan berusaha untuk bahagia. Tentu saja dengan cara yang diridhoi-Nya.
With Love
Canah
Komentar
Posting Komentar