Cinderella Wannabe
Aku punya sebuah cerita. klise, tapi selalu disuka oleh para nona-nona yang berharap memiliki sosok panngeran dalam hidupnya. Cinderella. Si upik abu bernama Ella. Memiliki seorang iibu tiri dan dua saudara tiri perempuan. Jahat, begitulah sosok para tiri ini digambarkan. Ella si upik abu selalu diperlakukan tidak baik. Tak dianggap sebagai bagian dari keluarga itu. Kemudian pada suatu hari datanglah sebuah kabar, sang pangeran mengadakan pesta dan semua orang diundang. Namun, Ella tidak diizinkan mengikuti pesta tersebut. Ia pun sedih. sama seperti setiap dongeng tentang putri, selalu ada sihir, dan ibu peri sebagai penolongnya. Ella bisa pergi ke pesta dengan kereta kencana dari labu dan gaun udiknya berubah menjadi gaun indah yang berkilau, tak lupa sepasang sepatu kaca yang membuat dongeng ini melegenda.
Kau tahu tak ada sihir yang abadi, sihir itupun akan berakhir saat lonceng jam berdenting 12 kali menunjuk jam 12 malam. Maka saat pangeran terpesona pada sosok Cinderella, berdansa mengikuti irama lagu, sihirnya habis. Ella harus pergi. Tergopoh-gopoh ia lari karena tak ingin Pangeran melihatnya kembali menjadi upik abu. Dalam pelariannya ia tak sengaja meninggalkan sepatu kacanya.
Well, ini bagian paling menarik. Kenapa sepatu kacanya tertinggal sebelah? banyak orang berkata, jika cinderella mengambil sepatunyanya yang terlepas, mungkin pangeran tak akan menemukannya. Aku bagaimana? setuju dengan kalimat ini atau tidak? Yang aku percayai, terlepasnya sepatu kaca Cinderella adalah bagian lain dari kekuatan yang lebih dahsyat dari sihir. Konspirasi semesta. Karena cerita selanjutnya kau tahu bagaimana cerita ini berlanjut. Sepatu kaca itu yang mengantarkan pangeran bertemu wanita yang dijatuhi hati pada pandangan pertama. Meski pada awalnya ia tak diijinkan mencoba sepatu, dan semua perempuan telah mencobanya. Sepatu kaca itu hanya pas di kaki Ella. Lihat, jika sesuatu memang ditakdirkan menjadi milikkmu, sekalipun hilang ia akan kembali padamu, dengan cara yang di luar nalar manusia.
Kau tahu, kenapa aku menulis kembali cerita ini. dongeng pengantar tidur saat aku kecil dulu. aku membaca bagian awal dari kisah Cinderella, kebaikan hatinyalah yang membuat si upik abu mendapatkan segalanya. Jadi, kita tidak perlu harus menjadi upik abu, mempunyai ibu tiri dan saudara tiri, tidak perlu disiksa dulu baru bisa mendapatkan seorang pangeran. Ingat, hanya karena kita bukan seorang puteri, bukan berarti kita tak bisa mendapatkan pangeran. Jadi diri sendiri, apapun kamu sekarang, tetaplah memiliki kebaikan hati yang bisa membuatmu menjadi seorang puteri. Bangunlah, tak ada ibu peri, tak ada sihir. tapi kita memiliki sesuatu yang lebih dahsyat, lebih kuat dari itu semua, Dia Sang Maha Segalanya.
Saat aku menulis ini, aku sedang mengatakan pada diriku sendiri. Aku tak mau menjadi Cinderella, tapi aku mau memiliki kebaikan hati sepertinya. Cinderella ada di dunia dongeng yang selalu berakhir bahagia selamanya, sedangkan aku ada di dunia yang sebenarnya, saat berakhir perjalananku di sini, maka ada perjalanan selanjutnya, yang tak bisa aku jamin apakah bahagia atau tidak. Aku sedang mebuat happy ending untuk kisahku, tanpa sihir, tanpa ibu peri. Hanya berharap pada Yang Maha Segalanya, Allah SWT. Karena sebaik-baik tempat berharap hanyalah Dia.
Komentar
Posting Komentar