Dejavu Lagi; Ngurah Rai
Tulisan ini ditulis saat di bandara Ngurah Rai, 8 Juni lalu. Iya ini telat di-posting. Sudah dua kali berada di bandara yang sama pada tanggal yang sama. Kalau kamu baca tulisanku yang dejavu part pertama pasti tahu. Ah Juni selalu menyimpan banyak cerita.
.
.
.
.
Dejavu lagi
Hari ini tanggal 8 juni 2018. Aku mendapat sebuah notifikasi dari masa lalu. Salah satu media sosial yang selalu rutin mengingatkan bahwa ada kenangan di setiap harinya.
Dua tahun lalu, di tempat yang sama, hari yang sama, aku berada di sana. Bandar udara, sebuah tempat yang bagiku selalu asing sesering apapun aku berada di sana. Aku selalu merasa ingin cepat Pergi, ya pulang ke rumah.
Begitu banyak orang yang kutemui silih berganti, dari penerbangan pagi hingga penerbangan selepas tenggelamnya matahari. Dari banyak pengalaman di bandaranaku belajar, bahwa manusia seperti penumpang pesawat. Setiap orang memiliki rutenya, jadwalnya masing-masing. Ada yang transit ada yang tidak, ada yang mengambil satu penerbangan ada yang mengambil 2 dengan maskapai berbeda. Yang pasti semua orang yang berada di Bandara memiliki tempat tujuan, apapun bentuknya. Setiap kita memiliki tujuan hidup yang berbeda, tapi kita tetap sama-sama manusia kan?
Yang terpenting bahwa setiap kita memiliki waktu yang berbeda, meski pesawat kita sama dan tujuan kita sama, yang menjadi pembeda hanyalah prosesnya saja. Bagian paling krusial adalah yang memberikan rasa pada perjalananmu adalah siapa yang menemani. Aku? Hanya dengan diriku saja. Terasa sepi, asing dan tersesat. Ya perasaan yang teramat menyebalkan saat harus menunggu 6 jam untuk penerbangan menuju rumah, karena untuk pulang meski hitungan menit menunggu akan selalu terasa lama.
Semoha saat aku di bandara yang sama atau berbeda, ada seseorang yang menemani setidaknya agar aku menyadari bahwa aku tidak sendiri. Itu saja. :)
.
.
.
.
Dejavu lagi
Hari ini tanggal 8 juni 2018. Aku mendapat sebuah notifikasi dari masa lalu. Salah satu media sosial yang selalu rutin mengingatkan bahwa ada kenangan di setiap harinya.
Dua tahun lalu, di tempat yang sama, hari yang sama, aku berada di sana. Bandar udara, sebuah tempat yang bagiku selalu asing sesering apapun aku berada di sana. Aku selalu merasa ingin cepat Pergi, ya pulang ke rumah.
Begitu banyak orang yang kutemui silih berganti, dari penerbangan pagi hingga penerbangan selepas tenggelamnya matahari. Dari banyak pengalaman di bandaranaku belajar, bahwa manusia seperti penumpang pesawat. Setiap orang memiliki rutenya, jadwalnya masing-masing. Ada yang transit ada yang tidak, ada yang mengambil satu penerbangan ada yang mengambil 2 dengan maskapai berbeda. Yang pasti semua orang yang berada di Bandara memiliki tempat tujuan, apapun bentuknya. Setiap kita memiliki tujuan hidup yang berbeda, tapi kita tetap sama-sama manusia kan?
Yang terpenting bahwa setiap kita memiliki waktu yang berbeda, meski pesawat kita sama dan tujuan kita sama, yang menjadi pembeda hanyalah prosesnya saja. Bagian paling krusial adalah yang memberikan rasa pada perjalananmu adalah siapa yang menemani. Aku? Hanya dengan diriku saja. Terasa sepi, asing dan tersesat. Ya perasaan yang teramat menyebalkan saat harus menunggu 6 jam untuk penerbangan menuju rumah, karena untuk pulang meski hitungan menit menunggu akan selalu terasa lama.
Semoha saat aku di bandara yang sama atau berbeda, ada seseorang yang menemani setidaknya agar aku menyadari bahwa aku tidak sendiri. Itu saja. :)
Komentar
Posting Komentar