Edisi Berpindah (3)

Huh, baca tulisan yang ini sedikit bangga sama diri sendiri, setidaknya dulu sebelum berpindah ke Jogja, saya pernah mencoba melepaskan perasaan ambigu itu. Er, tidak ambigu, hanya saja saya yang selalu dibuat limbung kenapa ada orang seperti saya yang punya perasaan bertepuk sebelah tangan selama itu. And then, jawabannya adalah bahwa suatu saat akan ada seseorang yang mencintai saya sedalam bahkan lebih dalam dari rasa cinta yang dulu saya perjuangkan. Seseorang yang hanya dengan menatap matanya saya merasa jadi orang paling istimewa dan berharga. Seseorang yang akan menjadikan saya satu-satunya dalam hidupnya, ya bisa jadi the first and the last. Siapa yang tahu kan? Siapa tahu orangnya ada di pulau Jawa, hanya belum dipertemukan atau mungkin sudah bertemu tapi radar Neptunusnya masih belum on. Intinya saat ini berpindah, benar-benar pindah. Memang pindah hati tidak semudah pindah kos, tapi pastinya selalu bisa pindah selama mau dan usaha. Terima kasih kamu yang pernah mengajarkan bahwa setiap orang memiliki caranya sendiri dalam mencintai orang lain, saya dengan segala tulisan saya itulah cara saya jujur atas perasaan saya.

Melangkahkan Kaki Merajut Mimpi :)

Lombok, 6 Maret 2015 pukul 16:12

Ah, entah ini tulisan yang ke berapa. Tidak jelas karena terlalu banyak yang sudah aku tulis. Tuhan tahu seberapa dalam perasaan ini tanpa perlu aku jelaskan. Tuhan pun mengerti seberapa keras aku mencoba bertahan atas nama perasaan. Kali ini Tuhan pun memberiku sebuah isyarat bahwa ketulusan memang tidaklah mudah, tulus bukan hanya tentang perasaan dan pengorbanan. Tulus berarti kerelaan dan keikhlasan, melepaskan apa yang sangat ingin kita dapatkan misalnya. Sudah terlalu sering aku belajar melepaskan, mungkin bukan melepaskan namanya karena selama ini aku tidak pernah menggenggam apapun di tanganku. Lalu ini apa? Ini hanyalah perasaan satu pihak saja, perasaan yang bertepuk sebelah tangan, pungguk merindukan bulan. Jadi ini bukan tentang melepaskan seseorang, ini tentang melepaskan diri sendiri dari sekian banyak tumpukan dan timbunan harapan yang selalu saja aku rajut dengan simpul bernama cinta. Berharap suatu saat nanti, dia akan mengerti, dia akan menyadari, dan mungkin akan merasakan hal yang sama denganku.

Ah lagi dan lagi, khayalan bodoh itu yang terngiang. Suatu hari nanti? Apakah bisa? Sedangkan saat ini begitu banyak bintang gemerlap terang benderang di dekatanya, sedangkan aku? Hanya pasir kali yang berharap keajaiban merubahku menjadi berlian. Beberapa orang yang mengenalku dan dekat denganku, tentu tahu bagaimana perjalanan kisah ini. Tidak mudah memang dalam waktu bersamaan berganti peran secara tiba-tiba, awalnya peran utama lalu berubah menjadi peran pembantu dan pendukung kemudian berubah menjadi figuran saja, lalu berakhir dengan menjadi penonton yang bertepuk tangan di akhir cerita. Aku hanya melihatnya, tidak ada dalam cerita itu. Entah setan apa yang merasukiku rasanya ingin aku menjadi peran anatagonis agar bisa melakukan apa saja untuk mendapatkan apa yang aku inginkan, namun malaikat membisikkanku mantra yang lirih ketulusan tidak akan berakhir sia-sia.

Mungkin saat ini aku harus melepaskannya, dan mebiarkannya bersama orang yang diinginkannya, nanti ya lagi-lagi kata nanti jadi patokanku, nanti aku pun akn bisa seperti itu, akan ada seseorang yang entah siapa aku tidak tahu akan menghapus kesedihan ini, akan membantuku merajut impian yang memang pantas aku impikan, akan membantuku berjalan melangkahkan kaki menuju kebahagiaan, seseorang yang tidak akan pernah meninggalkanku dengan alasan apapun, yang mau membagi cerita hidupnya denganku. Kali ini akan aku biarkan hati ini patah untuk ke sekian kali, tapi lain kali tidak lagi. Cukup untuk saat ini saja, nanti tidak akan lagi, nanti ada seseorang yang mengulurkan tangannya padaku, menggenggamnya erat, tidak pernah melepaskannya, selalu menguatkan saat aku mulai kelelahan untuk bertahan. Aku percaya Tuhan sudah merancang kisah yang sangat istimewa untukku, lebih istimewa dari novel, drama, film dan kisah cinta lainnya. Aku akan merelakan apa yang bukan milikku, dan menunggu yang memang tercipta hanya untukku seorang. Waktunya melangkahkan kaki dan merajut mimpi yang jauh lebih indah dari kisah menyedihkan ini, semoga Tuhan merestui. :)

Welcome new life, love, and laugh!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jika Besok Aku Mati~

Mempercayai atau Dipercaya?

Cinta Ala Zulaikha