Edisi Berpindah (1)

Mungkin tidak  sesuai dengan judul dari postingan ini, edisi berpindah. Tulisan yang saya posting ini sedikit bongkar kuburan lama, yaitu kuburan akan cinta pertama yang menjadi obsesi selama enam tahun. Ya, masa-masa baru mengenal yang namanya persahabatan antara lawan jenis yang katanya tidak akan pernah murni menjadi peersahabatan. Selalu ada campur tangan sesuatu yang disebut cinta. Berawal dari musuhan, kemudian sahbatan dan akhirnya cinta-cintaan. Meskipun pada kenyataannya yang merasakan itu hanyalah saya. Tidak apa-apa setidaknya dalam enam tahun, saya belajar banyak hal. Sekalipun kita berusaha sekuat tenaga, melakukan berbagai cara, dan punya perasaan yang insyaAllah tulus, jika Dia Yang Maha Membolakbalikkan hati tidak mengizinkan maka hatinya tak akan pernah menjadi milik kita.
Pukulan telak memang untuk saya, mengahbiskan waktu selama enam tahun memikirkan seseorang yang belum tentu memikirkan saya. Selama satu tahun terakhir, saya pergi dari semua kisah masa lalu, dan akhirnya takdir membawa saya pada tempat baru yang menyadarkan bahwa masih banyak sososk-sosok baik yang lebih layak dan pantas diperjuangkan, eh meskipun perjuangan itu kali ini hanya melalui doa, pengangum rahasia, dan mungkin jatuh cinta diam-diam, entahlah yang pasti sudah waktunya berpindah. Menyadari bahwa setiap orang berhak dicintai dan mencintai, selama ini mungkin ada dipihak yang me- saja, semoga kali ini bisa diposisi di-.

Welcome, new life, love, and laugh!

But, sebelumnya kita nostalgia sebentar ya, karena tulisan ini masuk ke surat cinta yang tak tersampaikan.

Untuk Perasaan Lima Tahunku :"

Lombok, 21 Januari 2015 pukul 20:01

Dear perasaan yang sangat membosankan.....

Berapa lama kamu bisa bertahan? Bukankah 5 tahun sudah sangat lama? Siapa yang kamu tunggu? Dia? Jangan bermimpi, dia hanya sepintas di hidupmu! Kamu tidak berarti seberarti mereka yang pernah dekat dengannya, sekalipun dia menyanjungmu berbeda dengan yang lain tapi kenyataannya kamu hanyalah sebuah persinggahan yang sudah sangat lama dia lewatkan mungkin sekarang sebatas perasaan kasihan karena selama ini begitu bodohnya dirimu menunggunya! Iya, menunggunya sadar bahwa kamu menyayanginya dengan caramu sendiri, dengan keberanianmu yang hanya lewat tulisan itu. Tidakkah kamu malu? Berapa lembar yang kamu tulis tentangnya? Berapa sajak yang kamu rangkai untuknya? Berapa lagu yang selalu mengingatkanmu tentangnya? Dan dengan ikhlas kamu mendoakannya yang bahkan sekedar mengatakan terima kasih padamu dia enggan, bukan, bukan ingin mengungkit kebaikanmu yang begitu tulus mencintainya tapi hanya ingin memperingatkan seberapa dalam lagi kamu harus terjatuh agar kamu sadar bahwa semua kedekatan itu adalah masa lalu? Bukankah dia selalu mengingatkanmu bahwa yang dulu tak akan terulang lagi?!

Dear perasaan yang membosankan.....

Sampai kapan? Sampai kapan harus selalu mengitari lingkaran tentangnya? Tidakkah kamu lelah atas sikapnya? Acuh, keras, dingin terhadapmu, tidak cukupkah itu kamu jadikan alasan untuk pergi? Hai, ayolah dia tidak menginginkanmu, bukankah mereka mengatakan bahwa kamu tidak tahu malu? Dia selalu mengabaikanmu tapi kau tetap saja mengharapkannya. Kenapa kamu tahan dengan cacian dan makian orang-orang yang bahkan mereka tidak tahu lima tahun bukan waktu yang singkat untuk memendam perasaan terhadap seseorang, tidakkah kamu sadar kamu selalu menyakitiku, perasaan ayolah sepakat denganku kali ini kita harus benar-benar pergi atau kita akan terjebak selamanya di sini.

Dear perasaan yang melelahkan.....

Untuk ke sekian kalinya, aku harus membatasimu bukan karena dia meminta pertolonganmu itu tandanya kamu penting untuknya. Jangan berharap terlalu tinggi, jangan sampai kamu terluka lagi dan aku harus mneteskan air mata untuk ke sekian kalinya. Ingatlah, bagaimana dulu dia bersikap kepadamu, jangan ingat momen romantisnya yang sekali setahun itu tapi ingatlah bagaimana dia selalu dengan mudah pergi meninggalkanmu dengan yang lain lalu kembali datang saat kamu mulai merelakan. Ingat perjuanganku untuk melupakannya, ingat apa yang kukorbankan untuk terlepas dari bayangannya, ingat jelas setiap tetes air mataku yang jatuh selama 5 tahun ini, jadi kumohon dengan sangat kepadamu perasaan jangan buka tempat itu untuknya lagi, jangan sampai. Sekalipun tempat di hati itu adalah miliknya dan selalu jadi miliknya, jangan lupa dia meninggalkannya dan aku susah payah menguncinya, bukankah tempat yang ditinggalkan akan rusak perlahan karena tak terawat? Begitu juga dengan tempatnya itu, perasaan. Kita tidak pantas untuknya, kita terlalu penakut dan pengecut, kita hanyalah sekian kecil dari begitu banyak orang yang menyayanginya, dibanding mereka tentu kita kalah jauh! Jadi jangan mengkhianatiku lagi ya perasaan, aku sudah muak dengan kisah cinta penuh drama dengan jalan cerita cinta yang sepihak saja. Cukup, cukup sampai di sini. Dia terlalu tinggi untuk kita gapai, baik dulu maupun saat ini.

Dear perasaan, aku sangat mempercayaimu, aku tidak ingin kamu dengan lancang menyayanginya lagi.
Tertanda aku yang memiliki kamu, perasaanku.

*dan akhirnya saat itu masih belum bisa berpindah sepenuhnya, masih belum bisa mengatakan tidak peduli atas jalan hidupnya, masih belum bisa berhenti mencari tahu tentang kabar beritanya. Tapi sekarang, Alhamdulillah berdamai dengan waktu dan jarak serta rasa sakit itu bisa membuat segalanya menjadi lebih baik. Sekarang tahu diri dan tahu posisi, dan tahu malu, masak iya setelah dibaikan bertahun-tahun masih tetap mau kembali. Manusia tidak bisa berubah secepat kedipan mata, jika pada dasarnya dia memang begitu yang seterusnya begitu. Sayang diri sendiri. Good Luck Agen.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jika Besok Aku Mati~

Mempercayai atau Dipercaya?

Cinta Ala Zulaikha