Patah Tak Berdarah, Puisi-puisi yang Terluka

Assalamualaikum. Halooooo everibadeh. Apa kabar? Sehat kan? Baik-baik aja ya? Haduh long time no nulis-nulis di blog ini ya. Kangen gak nih? Kangen dong ya? Boleh minta tinggalkan komentar selepas baca tulisan ini? Kalau perlu bisa nih minta request tema tulisan, pokoknya komen dulu biar tau ini blog masih ada yang menyambangi, padahal sudah usang pake banget. Setidaknya meski hanya beberapa orang yang tetap menunggu tulisanku, itu sungguh berarti daripada tidak ada sama sekali.
.
Hem kali ini tulisannya akan panjang sekali. Eh emang kapan ya aku buat tulisan pendek? Wkwkwk. Semoga kalian menikmati dan membaca sampai selesai ya. Oh ya, selamat tahun baru gaes. Sudah April ya, sangat telat nih ngucapinnya, gak apa-apa kan? Ini kan bukan pengakuan cinta, jadi telat gak apa-apa ya. Duh picisan kambuh, bahas cinta lagi.
.
Aku mau kasih tau nih. Aku sudah gak kerja alias calon pengangguran, karena sebentar lagi aku juga akan melepas status mahasiswa. Duh gak kerasa banget padahal baru kemarin ospek eh udah mau beres aja semuanya. Berita selanjutnya, aku sudah ada 6 buku dong, tepuk tangan dulu boleh ya, bangga gak kalian? Aku bangga sih sama diriku. Tau lah ya biasanya cuma bersembunyi di blog doang. Nah kedatanganku ya mau mengenalkan bukuku yang ketiga judulnya Patah Tak Berdarah. Then berita yang lainnya, aku masih sendiri, masih asyik sendiri, belum ada yang menemani. Doain aja deh ya, tahun ini ketemu sama calon mantu buat ortu, seenggaknya ada yang dikenalin aja dulu ke mereka. Hehe
.
Baiklah mari aku ceritakan tentang buku ketigaku. Patah Tak Berdarah, duh dari judulnya aja tau dong ini buku yang ada luka gitu. Yaps. Tentu saja, kayaknya aku selalu membahas luka ya di setiap tulisan. Bukannya gak pernah bahagia, tapi kadang karena bahagia setiap orang berbeda jadi susah menyamakan arti. Nah kalau menulis yang sedih lebih bisa menyentuh, karena kebanyakan manusia lebih sering merasa banyak sedihnya ketimbang senangnya. Kalau kalian gak setuju dengan pendapatku gak apa-apa, ini negara demokrasi. Nyantai aja oke.
.
Sebenarnya ini buku gak bahas cinta melulu kok. Lah kok bisa? Ya bisa aja. Ini tuh kumpulan pusi gaes. So, setiap puisi punya tema masing-masing. Mungkin aja nih yang kalian alami dapat terwakili dari salah satu puisiku. Tentang bahagia, kecewa, sedih, terluka, air mata, gembira, pujaan hati, jatuh cinta diam-diam, stigma, perempuan, orang tua, sahabat, agama, negara, jasa, perjalanan, pertemuan, perpisahan dan banyak lainnya. Beberapa puisi pernah ikut lomba dan event gitu, Alhamdulillah terpilih menjadi puisi yang dimasukkan dalam buku antologi.
.
Kalau boleh jujur Patah Tak Berdarah ini lebih baik dari Cerita Luka Pada Rindu, kenapa? Karena di Patah Tak Berdarah kemampuan menulisku lebih ada peningkatan ketimbang sebelumnya. Tapi tetap semua karya memiliki makna, cerita luka pada rindu yang tak usai itulah yang melahirkan patah yang tak berdarah, namun selalu saja luka itu tetap ada bekasnya kan ya?
.
Puisi tentang jatuh lalu patah, berjalan kemudian tersungkur, bangkit lagi dan menata kembali, pergi tak tentu arah, pulang tak punya rumah, rindu sebuah temu namun yang ada hanya pilu. Puisi tentang rasa yang tak sampai, hingga tak bisa bedakan mana maya juga nyata. Puisi tentang ibu, ayah, kakak, sahabat, dan orang yang memiliki peranan dalam hidupku. Puisi tentang bumi, bangsa dan tempat juga orang yang terlupakan. Puisi tentang diriku, sebagai perempuan, sebagai anak, sebagai teman, sebagai manusia dan hamba. Patah Tak Berdarah. Begitulah aku memberinya nama.
.
Bonus nih salah satu puisi yang ada dalam buku ini :
Sore itu, langit kelabu
Tanah yang habis disiram hujan menguarkan bau
Aroma khas yang selalu membuat candu
Aku ingin detik itu waktu tak berlalu
Aku menutup mata
Menarik nafas sedalam-dalamnya
Bau lain datang menyapa
Nikotin yang baru dibakar menyiksa
Aku membuka mata
Sial, siapa yang merusak suasana
Ada suara terbatuk di belakangku
Aku membalikkan badan mungilku
Laki-laki tinggi dengan badan tegapnya
Rambut ikal gondrong dan mata jelaganya
Aku menatapnya dengan sedikit ketakutan
Dia menatapku dengan wajah tanpa dosa, menyebalkan
Ia berkata "hujan dan nikotin memang membuat candu"
Suaranya tegas, membuatku membisu
.
Salam cinta, Sanam
Penulis amatir

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jika Besok Aku Mati~

Jadi Aku