Putus Dari Putus Asa



Dalam hidup tak jarang kita merasa tak bermakna, segalanya berjalan tak sesuai rencana, tak ada yang berharga bahkan seringkali dipandang sebelah mata. Tak apa, itu hal biasa. Setiap manusia pasti pernah merasa. Hanya saja tak semuanya menerima dengan lapang dada, sebagian lainnya memilih putus asa. Bicara tentang putus asa, aku ingin berbagi cerita, mungkin kita semua sudah pernah mendengarnya tapi seringkali kita melupakannya.

Cerita tentang utusan-Nya, yang doanya melegenda, bahkan suaranya dikenali para malaikat. Bisa menebaknya? Atau ingat-ingat lupa? Dialah Nabi Yunus, salah satu hamba pilihan yang merupakan utusan-Nya, diberikan tugas untuk menyampaikan kabar berita bagi kaumnya, namun kaumnya banyak yang ingkar, hanya segelintir yang mendengarnya. Sekian lama sang nabi merasa apa yang dilakukannya seakan sia-sia, ia mulai putus asa.

Sang nabi memilih meninggalkan kaumnya, menaiki sebuah kapal laut, pergi berlayar. Tiba-tiba laut berguncang hebat, kapal terancam tenggelam. Dipilih satu orang untuk dilemparkan ke tengah lautan, dan nama sang nabi terpilih, tentu saja semua atas kuasa-Nya. Akhirnya sang nabi pun dilempar ke lautan, kemudian ditelan ikan paus. Ia masih hidup didalamnya. Dalam sana ia tersadar, bahwa sejatinya apa yang dialaminya adalah teguran atas perasaannya.

Ia berdoa dalam kegelapan, di dalam lautan dalam perut ikan, bahwa tak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan sang nabi mengaku ia termasuk orang yang zalim. Pengakuan tulus diterima, ia selamat, keluar dari kegelapan.

Seorang utusan Allah pernah mengalami putus asa, dan marah atas yang terjadi, apalagi kita, manusia yang imannya tak jarang melemah. Tapi, kita bisa menteladani, selalu ingat bahwa Allah selalu ada. Dia dekat, sangat dekat. Jika rasa putus asa, marah dan kcewa datang menyapa, ingatlah tanpa gelap bulan tak akan bersinar terang.

"Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: “Bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Engkau. Maha suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.” Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.” (QS. Al Anbiya’: 87-88)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jika Besok Aku Mati~

Mempercayai atau Dipercaya?

Cinta Ala Zulaikha