Untuk Kamu :)

Hai, kamu. Apa kabar? Kamu tahu hari ini aku sedih sekali, entah kenapa setiap aku merasa sedih aku selalu berharap kamu ada di sini untuk menemaniku. Bukankah kamu dulu selalu begitu? Menemaniku walau hanya sekedar melalui pesan singkat dan saling mendengar suara di ujung telepon. Hai, kamu. Rasanya aku ingin menangis setiap saat, ya saat aku mengingatmu seperti hari ini. Kamu tahu? Rasa kesepian ini semakin hari semakin menjadi-jadi saja, aku tersiksa dan mungkin sebentar lagi aku akan terbunuh oleh sepi ini.
Kamu tidak mengkhawatirkanku? Oh iya, tentu saja tidak. Kamu terlalu sibuk dengan duniamu sendiri, dunia yang tak pernah sanggup aku masuki, duniamu yang tanpa aku itu. Padahal sudah sering aku katakan bagiku kamu adalah duniaku, bagiku senyummu adalah semangatku, dan kata-katamu adalah inspirasi untukku. Hai kamu, kamu yang selalu kusayang, bukan hanya kamu yang meninggalkan aku. Ya, bukan hanya kamu. Banyak sekali orang-orang yang berkata akan selalu ada dan berjanji tidak akan pergi, tapi pada akhirnya aku tetap sendiri. Kadang aku bertanya kenapa setiap kali aku mempercayai seseorang, aku selalu saja terkhianati, entah dengan sengaja atau tidak pengkhianatan itu mereka lakukan tapi rasanya sama, sama-sama menyakitkan.  
Sekarang aku benar-benar tidak tahu harus membagi sepi ini pada siapa, dulu kamu dengan senang hati mendengar keluh kesahku dari hal-hal besar sampai hal-hal yang sepele. Aku yang selalu cengeng di depanmu, aku yang selalu kamu marahi, aku yang selalu kamu ejek dengan sebutan anak mami, aku yang selalu berusaha mengerti dibalik sifat kerasmu itu ada sebersit rasa perhatian dan khawatir, tapi itu dulu, ya duluuuu sekali…. Dulu saat kita masih baik-baik saja. Sekarang? Jangankan berbagi cerita, melihatku saja kamu tak mau.
            Jujur, setiap kali aku melihat kamu seperti ada belati yang menikam hati. Aku merasa benar-benar tak pantas untukmu, seperti katamu aku hanya seseorang yang hidup dalam topeng, selalu terlihat manis tapi sebenarnya pahit. Hal yang paling aku ingat adalah bahwa kamu tidak pernah menyayangiku walau hanya sebentar saja, tapi kenapa ya kamu terlihat begitu menyayangiku dulu. Apa aku terlalu besar kepala? Ya, aku memang terlalu berharap kamu akan menyayangiku. Kamu tahu? Aku selalu ketakutan setiap kali berpapasan denganmu, aku takuuuut sekali….. meskipun aku selalu ingin melihatmu tapi rasa takut itu selalu mampu membuatku mundur dan berbalik menghindar darimu. Kamu tahu alasannya apa? Tentu saja karena kamu, karena kamu yang berkata tidak ingin melihat aku agi, bosan itu alasanmu dulu. Padahal aku tidak pernah bosan untuk berdo’a untukmu, berdo’a agar setidaknya suatu hari nanti meski semua rasaku tak terbalas olehmu, kamu bisa tersenyum saat melihatku lalu kamu akan berkata padaku “semoga Allah memberi kamu orang lain yang lebih baik dariku,”.
Kamu tahu kenapa aku berharap kamu akan mengatakan hal itu? Karena aku tahu, jika saat itu tiba, mungkin kamu sudah bersama orang lain yang lebih baik dariku pastinya. Aku bukan mendahului takdir, aku hanya sedang menghitung seberapa besar peluangku untuk bersamamu, tidak ada yang mau menolakmu, bahkan aku yang terkenal tak peduli pada urusan cinta saja bisa dengan begitu mudah jatuh cinta padamu. Baik, lupakan tentang kita, aku ingin bercerita padamu, boleh ya? Aku tidak akan mengganggu waktumu kok, aku tahu kamu tidak akan pernah membaca tulisan ini kan? Alamat blogku saja kamu tidak tahu. J
Hai, kenapa ya mereka seperti tidak mengerti perasaanku? Mereka membohongiku, padahal aku tidak pernah membohongi mereka. Aku selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk mereka, tapi semuanya seakan-akan tak berharga dan sia-sia. Hai, aku tidak sedang membahas kamu. Ini murni tentang mereka. Cukup kamu dengarkan saja ceritaku. Aku tidak mengerti kenapa mereka yang begitu kupercayai adalah orang-orang yang tega melukai dan menyakitiku. Aku tidak tahu apa mereka melakukan dengan sengaja atau tidak sengaja, dengan sadar atau tidak sadar, aku tidak tahu, sungguh aku tidak tahu, tapi satu hal yang aku tahu bahwa ketidaksengajaan terjadi hanya sekali, jika sesuatu hal dilakukan berkali-kali itu artinya mereka sengaja dan sadar kan? Kamu tahu aku selalu cengeng dalam hal ini, membayangkan mereka dengan mudah melanggar janji dan perkataan mereka, aku benar-benar tidak tahu apa selama ini aku kurang jujur terhadap mereka? Aku kurang setia terhadap mereka? Aku kurang peduli terhadap mereka? Atau aku yang terlalu memakai perasaan dalam hubunganku dengan mereka?
Aku ingat apa yang selalu kamu tekankan padaku dulu, jangan terlalu berkorban untuk orang lain karena belum tentu orang lain akan mau berkorban hal sama untukku. Kamu selalu mengingatkan aku jika aku dekat dengan seseorang agar aku hati-hati, kamu bilang aku lebih baik dekat  dengan orang yang biasa saja tidak banyak gaya, kamu benar mereka yang biasa saja selalu bisa membuatku merasa istimewa dan bisa tertawa dengan lepasnya bukan lagi tertawa terpaksa. Tapi kali ini semuanya pergi, mereka mengikuti langkahmu, mengikuti kamu yang pergi tak kembali. Aku tidak mau berharap mereka akan kembali, tidak, tidak akan. Seperti yang kamu bilang padaku sebesar apapun aku berkorban tidak akan berpengaruh apapun, iya kan?  Untuk orang yang memang ingin pergi, bagaimanapun cara untuk mencegahnya tetap saja akan pergi.
Aku tidak marah pada mereka yang berkata menyayangiku tapi tak pernah peduli pada keadaanku, aku juga tidak marah kepada mereka yang berkata akan selalu ada untukku tapi tak pernah memberi kabar padaku, aku juga tidak marah pada mereka yang pernah berjanji sesuatu tapi tak pernah menepati janjinya itu, aku juga tidak marah pada mereka yang hanya mencariku pada saat mereka butuh sesuatu tapi selalu sibuk saat aku kesulitan dan butuh bantuan, dan aku pun tidak marah pada mereka yang berkata akan setia padaku tapi lebih sering menghabiskan waktu dengan orang lain. Sekali lagi aku tegaskan, aku tidak marah. Hanya saja, aku kecewa, sangat kecewa! Aku tidak menuntut mereka untuk terpaku hanya padaku, tapi setidaknya sempatkanlah waktu untuk menengok ke arahku meski hanya sebentar, seperti yang sering mereka lakukan dulu, dulu saat pertama kali menjalin kedekatan. Aku tidak hanya membicarakan laki-laki, aku juga membicarakan tentang perempuan. Kamu pasti paham maksudku.
Kamu tahu kenapa aku begitu sulit berpindah hati dan mencari penggantimu? Karena mereka begitu, tidak bisa dipercaya. Ya, pada akhirnya tidak ada yang benar-benar bisa dipercaya. Kekasih, sahabat, teman, siapapun berpeluang besar untuk mengkhianati, bahkan keluarga bisa menjadi belati yang siap menikam, tapi satu hal yang aku percaya, keluarga adalah benteng terakhir yang kita punya. Jika keluarga menyakiti kita, hal itu dilakukan demi kebaikan kita dan karena rasa sayang yang begitu besar pada kita meskipun kita tidak pernah menyadari betapa keluarga kita begitu membutuhkan kita. Ketika semuanya pergi, keluarga selalu di sisi, ketika mereka yang mengaku sahabat tak peduli, keluarga selalu menyemangati dan ketika kita menangis karena diabaikan orang lain, keluarga kita menangis karena diabaikan oleh kita. Jadi menurut kamu aku masih menjadi orang beruntung kan? Karena aku masih punya keluarga yang setiap detik menanyakan keadaanku, oh ya keluargaku juga sering membicarakanmu, membicarakan tentang kita, ya tentang kita dulu, dulu saat kita masih baik-baik saja. Kamu jangan merasa tidak punya keluarga ya, karena aku selalu berharap suatu saat kita bisa menjadi satu keluarga. 
Terima kasih sudah mau menampung ceritaku, meski pada keyataannya kamu bahkan tidak tahu sedikitpun tentangku. Hahaha lama-lama aku gila membayangkan aku berbicara langsung padamu, tapi tidak apa-apa, setidaknya dengan hal itu aku bisa mengobati rinduku padamu. Rindu yang tiada bertepi ini.  Kamu tahu, kadang aku tidak bisa membedakan mana yang kenangan dan mana yang impian karena kenangan kita dulu seperi kenyataan yang terjadi di dalam mimpi, kenangan itu sudah samar-samar, mungkin kamu sudah tidak mengingatnya lagi, tapi aku selalu memeluk erat kenangan itu. Meskipun semuanya terjadi begitu cepat dan singakat aku tetap bertrima kash, terima kasih telah menjadi seseorang yang mengajariku bahwa cintayang sesungguhnya adalah cinta yang tak pernah menuntut balasan dengan alasan apapun.
Kamu adalah laki-laki yang paling acuh yang pernah aku kenal, satu-satunya laki-laki yang sering memarahiku dan selalu membuatku kesal karena pertengkaran-pertengkaran kita, dan kamu adalah laki-laki yang sangat-sangat tidak romantis, tapi entah kenapa kamu begitu sulit terganti. Bagiku kamu istimewa dengan caramu sendiri, kamu berbeda dan apa adanya, kamu sangat berarti, kamu sosok yang tetap kunanti dan selalu di hati. Aku berharap suatu hari bisa pergi ke pantai yang sama denganmu di akhir tahun, seperti yang kita lakukan dulu. Aku menunggu saat itu, saat aku dan kamu menjadi baik-baik saja. 

Untuk kamu yang tak pernah bosan aku bahas dalam tulisanku. ({})

Komentar

  1. So sweet dear Nurhasanah....jika dia laki2 beruntung yakinlah derap langkahnya akan menuju bahkan megejarmu, demikian pula sebaliknya

    BalasHapus
  2. So sweet dear Nurhasanah....jika dia laki2 beruntung yakinlah derap langkahnya akan menuju bahkan megejarmu, demikian pula sebaliknya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thank you mom. I let him go. Sesuatu yang memang untuk kita pasti akan menjadi milik kita, i believe it. Jika tak kembali pasti akan diganti lebih baik lagi.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jika Besok Aku Mati~

Mempercayai atau Dipercaya?

Cinta Ala Zulaikha