Selamat yang Terlambat


Seorang gadis (yang tak tahu bagaimana cara untuk memperlakukan orang yang dicintai) bersama dengan seseorang lelaki (yang memberikannya kebahagiaan yang tak pernah dia dapatkan). Tapi seperti berada di jalan berbunga yang di bawahnya jurang dalam, salah langkah maka akan jatuh terhempas. 

Gadis itu terlalu muda, banyak keraguan dan takut ditinggalkan. Padahal yang dibutuhkan hanyalah percaya pada orang yang dicintai, dalam hatinya hanyalah prasangka. Hingga harusnya hari ini mereka bisa bahagia bersama, tapi laki-laki itu kini telah bersama dengan perempuan lain yang lebih bisa memperlakukannya dengan baik selayaknya seorang laki-laki.

Mereka saling mencintai pada awalnya, tapi jauhnya jarak membuat semua berubah. Gadis yang usianya begitu muda dengan seorang lelaki yang sudah dewasa, membuat si gadis menjadi bulan-bulanan bahwa ia tak layak dan tak pantas. Ya si gadis salah karena hanya percaya pada apa yang dilihat dan didengar, tak berikan si lelaki kesempatan menjelaskan bahwa yang mereka jalani nyata. Namun, si laki-laki pun salah karena untuk beberapa hal seringkali diam dan tak mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi membuat gadisnya menduga-duga dan menarik kesimpulan sendiri. 

Bukankah sangat menyakitkan rasanya, terlambat mengetahui kau begitu berarti saat semua telah selesai?.

Gadis itu berkata "Sekarang aku mengerti, kenapa aku begitu membencinya, karena dulu sangat mencintainya."

Sahabatnya menghibur "Tidak apa-apa. Kita semua pernah membuat kesalahan. Kalau suatu saat nanti kamu bertemu dengan seseorang yang kamu cintai dan dia juga mencintaimu, cobalah untuk tidak membuat kesalahan yang sama. Katakan kamu mencintainya, berikan dia kesempatan untuk menujukkan cintanya. Dear, kalau dia tidak pergi, mungkin kamu tidak sampai di sini. Semua yang terjadi memang ada alasannya, dan kita tahu semuanya jauh setelahnya. Mungkin untuk berhenti membenci tentangnya, ingatlah hal indah yang kalian bagi bersama."

Gadis itu mulai merenung "Dia laki-laki yang memperlakukanku dengan baik. Dia sangat pengertian dan perhatian, untuk pertama kalinya aku bisa jadi diriku sendiri di depan orang lain. Aku bisa tertawa dan menangis begitu mudah di depannya. Dia selalu menyemangati untuk percaya diri saat aku menghadapi kesulitan. Setiap aku ragu atas kemampuanku, dia akan membuatku merasa mampu. Bersama dia aku nyaman dan aman, dia melakukan hal-hal kecil yang tak terduga namun sangat membahagiaka. Dia tahu apa yang ku suka dan tidak, bahkan penyakit-penyakitku dia tahu. Dia selalu memberiku yang terbaik, meski aku seringkali tak memahami maksudnya."

Sahabatnya terdiam lalu berkata "Sulit ya melepaskannya dengan orang lain?"

Gadis itu tersenyum, sisa-sisa air matanya masih ada di pipinya. 

Ia berkata "Bukan itu bagian tersulitnya. Hal yang paling sulit adalah meninggalkannya, sementara aku masih begitu mencintainya. Karena aku takut pada diriku sendiri, aku pergi. Dia tetap mencariku, aku bersembunyi dengan harapan bertemu suatu saat nanti saat aku bisa lebih baik dan mengerti semua ini. Yah, sekarang aku mengerti tapi semua sudah berakhir."

Lalu gadis itu menulis :
"Untuk lelaki yang pernah begitu berharga untukku, terimakasih telah menjadi bagian terbaik membentukku menjadi dewasa dan kuat. Semoga selalu bahagia kamu dan keluarga barumu. Aku percaya, sebagaimana kamu mendapatkan yang terbaik, aku pun begitu. Terima kasih sudah pernah membahagiakanku, membuatku merasa istimewa dan menjadikanku segalanya. Memafkanmu dan menerima apa yang terjadi adalah cara terbaik merelakan kita. Kamu memberikanku segalanya, maaf aku tidak melakukan hal yang sama."

Gadis itu menulis lagi :
"Untuk diriku. Maafkanlah dirimu di masa lalu. Atas segala kesalahan-kesalahanmu, juga kebodohan-kebodohan yang menurutmu tak perlu. Jika tak pernah salah kau tak tahu apa yang tepat hari ini. Jika tak bodoh kemarin, kau tak akan belajar lebih giat lagi. Seperti berjalan di hutan ada beberapa pohon kokoh dan indah yang akan kita lewati sebelum menemukan pohon yang tepat untuk melepaskan lelah dalam perjalanan ini. Setidaknya kita dengannya pernah saling mencintai sebegitunya sebelum akhirnya saling memunggungi mencari jalan masing-masing yang terbaik. Angkat wajahmu tuan puteri, ksatriamu sedang dalam perjalanan menjemputmu."

Lombok, 17 November 2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jika Besok Aku Mati~

Mempercayai atau Dipercaya?

Cinta Ala Zulaikha