Terima Kasih :)


Akhirnya bisa posting lagi setelah sakit satu mingguan lebih, di mata kiri saya ada benjolan seperti orang bintitan tapi Dokter bilang itu bukan bintitan, katanya itu kelenjar. Selama seminggu penuh harus minum obat dua kali sehari ditambah kompres air hangat dan disemprot  obat cair, kalau benjolannya masih tetap ada mesti dioperasi. Dengar kata operasi saya yang tadinya benar-benar takut sama yang namanya obat terpaksa nelan enam pil setiap harinya, ya meskipun itu dibantu oleh pisang. Setelah obat habis benjolannya mengecil, tapi masih ada sampai sekarang, berharap sekali beberapa hari ke depan benjolannya menghilang . Nulis posting ini juga sedang dalam keadaan sakit. Hari Jum’at  5 September 2014 pukul 17.30 dikeroyok kawanan Lebah  waktu belanja, ada anak-anak yang lempar sarang lebahnya dan tepat waktu saya lewat lebah-lebah itu jatuh dan nyerang saya. Panik, saya pikir akan seperti di tv-tv itu, tapi beruntung cuma dapat enam gigitan, tiga di tangan kiri dan tiga di wajah dengan linglung saya bisa kabur. Sampai hari ini masih bengkak karena gigitannya, sakit sekali.
Kemarin saya memaksa diri pergi ke GOR untuk dukung sekolah saya dalam liga Pocari Sweat. Meskipun kalah tapi saya senang, setidaknya di sana saya bisa ikut menyaksikan perjuangan teman-teman saya meski mata saya sakit karena silau dari lampu stadiunnya, bisa bertepuk tangan meski tangan sedang sakit, ya kecewa sih ada tapi namanya juga permainan selalau ada yang menang dan ada yang kalah. Waktu ke sana saya juga sendirian, lagi belajar mandiri ke mana-mana, nanti waktu kuliah yang InsyaAllah sudah pasti di luar daerah saya pastinya sendirian. Saya juga duduk di tribun lawan, soalnya saya mau merasakan gimana sih rasanya berada di daerah orang yang tidak kita kenal dan dari tribun itu juga jelas kelihatan semuanya. Sepanjang perjalanan sakit dan sampai rumah sakit lagi. L Ah iya saya ingin curhat sedikit, eh banyak maksudnya.

  Untuk Seseorang……..



Hai, apa kabar? Aku selalu berharap kamu baik-baik saja. Maaf sampai saat ini kamu masih tetap menjadi topik utama tulisanku. Bukannya aku tidak punya topik selain kamu, hanya saja aku lebih suka menulis tentang kamu karena hal inilah satu-satunya cara aku bisa mengenang kamu, satu-satunya cara aku bisa memiliki kamu. Dalam tulisanku aku bisa mengungkapkan kerinduanku, dalam tulisanku aku bisa mengungkapkan perasaanku, dalam tulisanku aku bisa mengingat bahwa dulu aku pernah menjadi orang terdekatmu meski hanya sebentar saja. Aku tidak peduli ketika orang-orang di sekitarmu memandangku rendah, memangnya mereka tahu apa? Mereka tidak tahu bagaimana aku yang sebenarnya, aku juga tidak ingin mereka mengetahuinya. Aku tahu mereka yang berada di sekitarmu adalah orang-orang baik, karena sampai saat ini mereka tetap di sisimu. Sedangkan aku? Seperti katamu di barisan pesan yang kamu kirim, aku cuma seseorang yang hanya berani melalui tulisan. Ya, aku memang seperti itu. Aku lebih suka begitu, karena seperti katamu apapun yang aku lakukan untukmu tidak akan berarti apa-apa.  Bagaimana bisa aku bisa bersikap biasa saja saat bertemu denganmu, sedangkan kamu mengatakan bosan melihatku dan tidak ingin melihatku lagi.
Kamu tahu? Setiap aku mengambil langkah, kata-katamu selalu terngiang. Kamu bilang aku harus minta maaf pada diriku sendiri, ya aku harus minta maaf karena selama ini terlalu memikirkan kamu yang pada kenyataannya tidak mau dipikirkan sampai-sampai aku  kehilangan diriku sendiri. Aku selalu mencari tahu apa saja yang kamu alami setiap harinya, semua terjadi seperti kebiasaan tanpa peduli setiap harinya aku melewati hari-hari yang berat. Bahkan di semua percakapan selalu terselip namamu, entah percakapan dengan sahabat-sahabatku, dengan keluargaku dan juga dengan Tuhan. Tidak bisa dpungkiri bahwa kamu masih tetap jadi topik utama pembicaraan yang berkaitan denganku. Aku tidak tahu begitu besarnya salahku dulu sampai kita seperti ini. Padahal aku selalu berusaha memperbaikinya tapi kamu benar-benar tak peduli. Bukan hal baru bagiku saat kamu  mengatakan hal-hal yang berbau tak menyukaiku, bukannya dulu waktu kita dekat kamu sering begitu? Bukan hanya sekali tapi lebih dari sepuluh kali kamu mengulang kata yang sama. Aku sudah tidak bisa membedakan apa kata-kata itu memang dari hati atau hanya sekedar basa-basi. Aku lebih suka mencari jawaban itu dari tatapanmu, tapi sampai sekarang aku tidak tahu arti tatapanmu itu.
Kamu adalah satu-satunya orang yang membuatku menjadi sosok terbalik dari asliku. Aku bisa dengan mudah bicara pada siapa saja, tapi dengan kamu? Rasanya sulit sekali. Aku bisa dengan mudah menyapa teman laki-lakiku, tapi menyapa kamu? Aku berpikir seribu kali. Aku biasanya tenang saat bertemu dengan siapa saja termasuk orang yang tidak aku suka dan orang yag tidak menyukaiku, tapi kamu adalah satu-satunya orang yang selalu ingin aku hindari. Aku lebih suka melihat kamu dari jauh tanpa kamu tahu dan tanpa kamu sadari, dengan begitu kamu tidak akan merasa terganggu. Rasanya lebih nyaman menyayangi kamu dalam diam, aku tidak perlu mengatakan apapun dengan begitu aku tidak perlu menerima penolakan untuk kesekian kalinya. Aku tidak perlu bersusah payah banyak tingah untuk mengambil perhatianmu, karena kamu bilang kamu tidak suka dengan orang yang banyak tingkah. Semua yang aku lakukan adalah karena kamu, apapun itu hanya untukmu. Aku tahu saat ini begitu banyak orang yang ada di sisimu menutup celah untukku, aku tidak apa-apa, sungguh tidak apa-apa karena aku sadar aku bukan siapa-siapa untuk kamu, sedangkan mereka selalu ada untuk kamu bukan hanya melalui tulisan saja.
Aku mulai kebingungan, bagaimana nanti setelah aku tidak di sini? Aku tidak akan bisa melihatmu lagi, aku tidak akan bisa meihat senyummu lagi meskipun aku tahu senyum itu bukan untukku, aku tidak bisa menyemangati kamu seperti hari-hari kemarin meski semangat itu aku tunjukkan dengan berada di antara puluhan orang yang tak terlihat olehmu. Aku tidak punya selembar foto wajahmu, aku tidak punya barang kenangan darimu, satu-satunya yang bisa aku lihat hanyalah kalung yang mungkin tidak akan pernah sampai padamu. Sudah dua tahun kalung itu terbungkus rapi sejak kamu memintanya dengan alasan hilang tapi kamu tak pernah mau mengambilnya. Aku rasa kamu sudah tidak menginginkannya lagi, iya kan? Tentu saja, semua itu terjadi sudah sangat lama, untuk orang seperti kamu barang itu tak berguna. Percuma saja, bukankah semua kenangan dariku kamu hilangkan? Seperti lembar-lembar tulisan tanganku itu. Oh iya, aku dengar kamu sedang menyukai seseorang, aku sudah melihat orangnya, dia sangat cantik meskipun aku tidak tahu sifatnya bagaimana tapi aku berharap dia bisa menjadi sosok yang baik untukmu, semoga jalanmu dengannya dimudahkan. Do’a ini tulus aku ucapkan, karena aku selalu menginginkan yang terbaik untukmu dan kamu selalu bahagia.
Aku berharap saat ini kamu tetap semangat, aku bahagia bisa melihatmu di sana. Walaupun aku hanya melihatmu duduk, tapi aku tahu kamu sangat terpukul karena kekalahan di menit terakhir. Tidak apa-apa, kamu sudah melakukan yang terbaik. Tetaplah jadi sosok yang tegar, terlihat tenang dalam keadaan apapun, karena itu adalah salah satu sifat kamu yang aku kagumi dari dulu. Aku bangga melihatmu dengan pakaian itu, meski aku bukan siapa-siapa tapi aku benar-benar bangga setidaknya dulu aku sempat dekat dengan kamu yang berjuang untuk semua orang yang menaruh harapan dan kepercayaan padamu dan teman-temanmu itu. Aku merasa sangat beruntung bisa ke sana meski sedang sakit, aku bisa meliat kamu. Ini akan menjadi detik-detik terakhir kita bertemu, jujur aku sangan berharap bisa memperbaiki semuanya sebelum aku tak lagi di sini, setidaknya aku bisa menyapa kamu dan aku juga ingin memiliki kenangan baru yang manis yang bisa aku kenang di sana nanti karena aku tidak mau mengenang kamu dengan kenangan kita yang dulu, kenangan di mana kita berpisah dan saling meninggalkan. 

Terima Kasih telah menjadi sosok yang membanggakan. ({})

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jika Besok Aku Mati~

Mempercayai atau Dipercaya?

Cinta Ala Zulaikha