Ujian Nasional, Ujian Hidup. Nostalgia.


Aku membuka folder lama, aku menemukan tulisan ini. Dulu saat aku masih SMA, saat sedang asyiknya menulis, mulai aktif di ekskul mading dan sekolah. Well, merasa dinasehati oleh didri sendiri dari masa lalu. Kok dulu bisa nulis gini? Baiklah anggap saja sekarang sedang melewati ujian hidup. Untuk yang sedang ujian nasional atau menjalani ujian hidup, kuatlah dan jangan lupakan Allah selalu bersama kita. kita bisa, kita mampu, karena itu kita diuji. Tabah dan sabrlah wahai diriku yang sekarang, terima kasih aku yang dulu.



Ujian Nasional, Ujian Hidup”
Created by Nurhasanah XI IPS 2

Ujian Nasional atau biasa disebut UN merupakan ujian akhir sekolah yang mesti dan  harus ditempuh oleh seluruh pelajar Indonesia yang sudah berada di kelas teratas atau paling senior. Mulai dari SD, SMP, hingga SMA. UN selalu sukses membuat para pelajar menggigil ketakutan, grogi setengah gila, bahkan gejala-gejala aneh lainnya. Seperti migren dadakan, mules tiba-tiba, perasaan campur aduk mirip gado-gado, jantung  jadi deg-degan lebih cepat ketimbang bertemu sang pujaan hati, mood  berubah-ubah seperti cuaca,  bahkan yang paling parah stress akut dan yang pasti galau berat. Tapi, itulah UN dan segala ke-UN-annya.
UN, ketika mendengar kata ini apa yang terlintas di benak kita? Tentu saja setiap pribadi memiliki persepsi sendiri tentang kata UN ini. Dan saya yang entah kenapa begitu senang mengkaitkan UN sebagai ujian hidup. Kok bisa? Mungkin ada yang bertanya apa alasan saya, jawabannya adalah menurut saya UN merupakan  replika ujian hidup yang seringkali bahkan setiap hari kita hadapi. Kita dihadapkan dengan soal-soal yang sesuai dengan program jurusan yang kita ambil. Bukankah hidup seperti itu? Kita diberi persoalan-persoalan hidup yang sesuai dengan jalan yang kita ambil tepat dengan kemampuan kita.
Dalam jangka waktu  120 menit kita harus menyelesaikan 40 sampai 50 soal pilihan ganda. Apa pernah berpikir/ bukankah dalam hidup kita yang sudah belasan sampai puluhan tahun yang brarti lebih dari  120 menit waktu terlewati, Tuhan memberikan kita persoalan yang tak bisa dibilang sedikit. Mulai dari hal yang sepele sampai hal-hal besar, naamun kita selalu punya pilihan untuk mengatasinya. Tak jarang dalam menyelesaikan soal UN, saat kepala buntu tidak bisa mendapatkan jawaban yang benar kita seringkali mulai memakai cap cip cup untuk memilih A, B, C, D, atau E. Nah, saat itu kita berharap Dewi Fortuna berpihak pada kita. Hidup juga seperti itu, ketika kita merasa diambang keputusasaan kita seringkali mencari jalan yang instan, yang bisa sekali kedip jadi, padahal harga dari sebuah perjalanan adalah perjuangan dalam prosesnya. Kita sering lupa, bahwa keberuntungan itu datang dari Tuhan yang harus disertai usaha dan do’a.
Dalam setiap soal selalu ada pilihan A sampai E, kalau bukan A jawabannya pasti B,  jika tidak maka C, D, dan bisa jadi E bukan? Kecuali ada kesalahan dalam soal itu maka jawabannya tidak ada, tapi tetap saja soal itu harus dijawab, paling tidak yang mendekati. Namu kita kadang hoby sekali melupakan prinsip yang satu ini, saat tertimpa masalah kita menghadapinya dengan cara a, tapi gagal dan kita berhenti mencoba. Kebanyakan orang merasa tidak mampu mencari cara lain, padahal kita bisa menggunakan cara-cara lain karena masalah tak mungkin ada tanpa ada solusinya. Justru itu alasan kita diberikan masalah agar kita mencari jalan keluarnya sama halnya dengan soal-soal UN yang tak mau peduli yang penting kita isi LJK. Karena sekali lagi kita harus sadari masalah itu maunya simple saja, yaitu dihadapi bukan diratapi. Coba saja bayangkan, saat kita sedang ujian jika yang kita lakukan hanya melongo melihat saja tanpa ada inisiatif mengerjakannya, apa kita bisa lulus? Ya bisa saja, jika ada jin yang mau berbaik hati mengisi LJK kita.
Tapi ini reality bukan fiksi, so kemungkinan kecil sekali ada jin yang mau mengisi  LJK kitaseperti yang kita khayalkan. Lalu bukankah  ada Tuhan? Tuhan  pasti mau menolong hamba-Nya, ya benar sekali. Akan tapi harus diingat, do’a tanpa usaha ibarat mengharapkan  matahari terbit di malam hari, dan usaha tanpa do’a laksana menunggu hujan di gurun yang gersang. Do’a dan usaha harus sejalan dan seimbang,karena jika tidak seimbang bersiap-siaplah tergelincir ke jurang yang terjal dan apabila kita tidak mampu bangkit maka tunggu meregang nyawa di dalam sana. Seperti itulah UN, kalau mau lulus ya sederhana saja, belajar sungguh-sungguh sebagai usaha, dan beribadah dengan rajin sebagai do’a, dan jangan lupa meminta restu dari orang tua serta para guru. Jika semua sudah fix, dengan izin Tuhan kita pasti bisa lulus. Ingat hukum sebab-akibat? Jika-maka, kenapa-karena, kalau tidak lulus ya telaah kembali pasti ada penyebabnya.
Dari semua hal yang saya tulis akan bermuara pada satu hal yaitu tujuan dari ujian itu, baik UN maupun ujian hidup. Tujuan dari diadakannya UN ini yaitu untuk mengetahui taraf pendidikan dan seberapa kemampuan pelajar, ujian hidup juga bertujuan untuk mengetahui taraf kesabaran dan kemampuan kita dalam mengatasi semua permasalahan hidup. Jangan lupa untuk mendapatkan sebuah kebahagiaan kita harus rela berkorban dan berjuang sampai titik penghabisan, karena saat kita ingin mendapatkan sesuatu kita harus rela melepaskan sesuatu juga. Begitulah apabila kita ingin lulus, kita harus berkorban. Rela melepaskan waktu luang bersama keluarga dan teman untuk belajar lebih giat, sibuk bercengkrama dengan buku pelajaran dan meninggalkan jejaring sosial, tidak lagi punya waktu untuk mengejar sang pujaan hati tapi mengejar materi pelajaran. Kita harus siap lahir dan batin, isik dan mental.
Ini hanya sebuah coretan tentang UN dari sisi lain, tentu saja  dari sudut pandang saya. Coretan ini mungkin belum pantas disebut sebagai tulisan karena saya masih amatiran. Tapi saya hanya ingin menjelaskan dibalik UN terselip sebuah pelajaran hidup yang tak bisa disepelekan. Saya berharap setidaknya setelah membaca coretan ini, ada sedikit ambaran yang tercipta di benak meskipun tidak lulus Un, paling tidak  bisa lulus ujian hidup. Bukankah tujuan hidup kita itu? Semoga para pembaca bisa mengerti dan memahami bahwa saat menilai sesuatu jangan pernah hanya melihat dari satu sudut, karena belum tentu yang terlihat memang itu kebenarannya. My big hope, semua pelajar yang akan menempuh UN lulus 100%.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jika Besok Aku Mati~

Mempercayai atau Dipercaya?

Cinta Ala Zulaikha