Sang (Ada)m
Ketika senyum terlukis di wajahmu, siapa yang tahu luka berdarahmu? Sebagaimana hadir adalah takdir, kepergian pun rupa perjanjian. Namun, aku masih mencari mata sang adam yang mampu menerjemahkan rasa tanpa perlu berkata. Lalu pada matanya akan aku titipkan mimpiku. Hingga sewaktu lelah menyerang, melalui matanya aku temukan jalan pulang. Pulang pada diriku, pada mimpiku juga padanya yang kurindu, tanpa perlu takut digilas waktu. Aku membutuhkan matanya untuk menitipkan impianku. Hingga lelah menyerang, hanya dengan menatap matanya aku mampu tersenyum lega, semua baik-baik saja. Aku membutuhkan tangannya untuk menggenggam harapanku. Hingga menyerah datang, dengan genggaman hangatnya aku bisa bangkit lagi, sesakit apapun caraku jatuh, semua bisa kulalui sungguh. Aku butuh kakinya untuk mengantarkan impian dan harapan menuju kenyataan. Hingga patah arang, dia tetap menemaniku dan menguatkan langkahku. Dalam perjalanan melelahkan dia berbisik padaku "sedikit lagi, kamu pasti b...